Halaman

Kamis, 17 Desember 2020

Bahasa Bebas-Bias dalam Makalah Berbahasa Inggris Menurut Pedoman APA Style Edisi 7

GAYA PENULISAN & GRAMMAR

BAHASA BEBAS-BIAS

 


1.   Pedoman Umum untuk Mengurangi Bias

>     Deskripsikan dengan Cukup Spesifik      

>     Sensitif terhadap Label

 

2. Mengurangi Bias Menurut Topik

>      Umur

>      Disabilitas

>      Partisipasi dalam Penelitian

>      Identitas Ras dan Etnis

>      Orientasi Seksual

>      Status Sosial-Ekonomi 


PEDOMAN UMUM UNTUK MENGURANGI BIAS

Deskripsikan dengan Cukup Spesifik


Presisi sangat penting dalam penulisan ilmiah. Bias, seperti halnya bahasa yang tidak akurat atau tidak jelas, bisa menjadi bentuk ketidaktepatan. Misalnya, menggunakan "man” untuk merujuk pada semua manusia tidak seakurat atau seinklusif menggunakan istilah "individuals," "people," atau "persons."

Fokus pada Karakteristik yang Relevan. Deskripsikan hanya karakteristik yang relevan saja. Meskipun dapat dideskripsikan tanpa bias, beberapa informasi tidak selalu perlu disertakan dalam laporan Anda..

Akui Perbedaan Relevan yang Ada. Bagian dari penulisan bebas-bias bukan hanya mengakui bahwa perbedaan harus disebutkan hanya jika relevan, tetapi juga mengakui perbedaan yang relevan jika memang ada. Evaluasi arti kata “perbedaan” secara cermat dalam kaitannya dengan populasi sasaran, bukan dengan kelompok dominan.

Cukup Spesifik. Setelah Anda menentukan karakteristik yang akan dideskripsikan, pilih istilah yang cukup spesifik, dan itu bergantung pada pertanyaan penelitian dan kondisi pengetahuan saat ini di lapangan. Jika ragu, lebih spesifik lebih baik daripada kurang spesifik, karena akan lebih mudah untuk mengagregat data daripada memilahnya. Spesifisitas Anda akan meningkatkan kemampuan pembaca untuk memahami generalisasi temuan Anda dan kemampuan peneliti lain untuk menggunakan data Anda dalam metaanalisis atau replikasi.

Contoh Spesifisitas Menurut Topik

·    Saat menulis tentang usia, usia yang tepat atau rentang usia (misalnya, 15–18 years old, 65 –80 years old) lebih spesifik daripada kategori umum (misalnya, under 18 years old, over 65 years old). Sertakan juga informasi tentang rata-rata dan median selain rentang usia untuk meningkatkan spesifisitas pelaporan.

·    Saat menulis tentang disabilitas, nama kondisi (misalnya, Alzheimer’s disease) lebih spesifik daripada kategori kondisi (misalnya, types of dementia) atau rujukan umum seperti " people with disabilities."

·    Saat menulis tentang identitas gender, deskriptor dengan modifier (misalnya, cisgender women, transgender women) lebih spesifik daripada deskriptor tanpa pengubah (misalnya, women) atau istilah non-gender umum (misalnya, people, individuals).

·    Saat menulis tentang orang yang mengambil bagian dalam penelitian, istilah yang menunjukkan konteks penelitian (misalnya patients, participants, clients) lebih spesifik daripada istilah umum (misalnya, people, children, women).

·    Saat menulis tentang kelompok ras atau etnis, negara atau wilayah asal (mis., Chinese Americans, Mexican Americans) lebih spesifik daripada asal umum (mis., Asian Americans, Latin Americans).

·    Saat menulis tentang orientasi seksual, nama-nama orientasi orang (misalnya, lesbians, gay men, bisexual people, straight people) lebih spesifik daripada label kelompok yang luas (mis., Gay).

·    Saat menulis tentang status sosial ekonomi, kisaran pendapatan atau sebutan khusus (misalnya, below the federal poverty threshold for a family of four [di bawah ambang kemiskinan federal untuk keluarga beranggotakan empat orang]) lebih spesifik daripada label umum (misalnya, low income).

 

kembali ke atas



Sensitif Terhadap Label

Hormati bahasa yang digunakan orang untuk menggambarkan dirinya sendiri; artinya, sebutlah orang-orang dengan sebutan yang mereka gunakan untuk dirinya sendiri. Namun, beberapa orang mungkin menggunakan kata-kata yang bernada menghina atau menstigmatisasi untuk menyebut diri mereka sendiri; peneliti harus sangat berhati-hati sebelum menggunakan sebutan yang sama karena hal itu dapat menyebarkan stigma tersebut.


Akui Humanitas Orang. Pilih label secara sensitif, pastikan bahwa individualitas dan humanitas orang dihormati.

·    Hindari penggunaan kata sifat sebagai kata benda untuk melabeli orang (misalnya, "gay", "the poor") atau label yang menyamakan orang dengan kondisi mereka (misalnya, "amnesia", “schizophrenics,” “the learning disabled,” “drug users”). Alih-alih, gunakan bentuk kata sifat (misalnya, gay men, older adults) atau kata benda dengan frasa deskriptif (misalnya, people living in poverty, people with learning disabilities, people who use drugs).

·    Gunakan label yang digunakan komunitas, meskipun label tersebut adalah kata sifat. Secara khusus, penggunaan label terkait disabilitas terus berkembang, dan orang mungkin tidak setuju dengan pendekatan yang lebih disukai orang-orang.

·    Saat menulis tentang disabilitas, bahasa person-first (misalnya, “a person with paraplegia” alih-alih "a paraplegic"), bahasa identity-first (misalnya, “an autistic person” alih-alih “a person with autism”), atau kedua-duanya, mungkin dapat diterima tergantung kelompok yang Anda tulis.


Berikan Definisi dan Label Operasional

·    Jika Anda memberikan definisi operasional kelompok di awal makalah Anda (misalnya, “participants scoring a minimum of X on the Y scale constituted the high verbal group, and those scoring below X constituted the low verbal group”), praktik terbaik adalah untuk selanjutnya mendeskripsikan peserta berdasarkan ukuran yang digunakan untuk mengklasifikasikan mereka (misalnya, “the contrast for the high verbal group was statistically significant”).

·    Label yang merendahkan tidak boleh digunakan dalam bentuk apa pun. Singkatan atau label serial untuk kelompok biasanya mengorbankan kejelasan dan bisa bermasalah: "LDs" atau "LD group" untuk mendeskripsikan orang dengan kesulitan belajar tertentu bisa problematik; “HVAs” untuk “high verbal ability group” sulit diuraikan. “Grup A” tidak bermasalah, tetapi juga tidak deskriptif. Alih-alih, pastikan label operasional kelompok jelas dan sesuai (misalnya, “group with dysgraphia”).


Hindari Hirarki yang Keliru

·    Saat mengacu pada beberapa kelompok, pertimbangkan dengan cermat urutan penyebutan mereka. Jangan menempatkan kelompok dalam urutan dominasi sosial secara default; alih-alih, pertimbangkan opsi seperti urutan abjad atau urutan ukuran sampel. Untuk memudahkan pemahaman, buatlah daftar kelompok dalam urutan yang sama secara konsisten di seluruh makalah.

·    Bandingkan kelompok dengan hati-hati. Bias terjadi ketika penulis menggunakan suatu kelompok. Misalnya, penggunaan kata "normal" dapat mendorong pembaca untuk membuat perbandingan dengan "abnormal," sehingga menstigmatisasi individu dengan perbedaan

 kembali ke atas


MENGURANGI BIAS MENURUT TOPIK


Umur

Usia harus dilaporkan sebagai bagian dari deskripsi partisipan di bagian Metode. Spesifiklah dalam memberikan rentang usia, rerata, dan median. Hindari definisi terbuka seperti "under 18 years” atau “over 65 years," kecuali merujuk pada, misalnya, kriteria kelayakan penelitian yang luas.


Istilah untuk Kelompok-kelompok Umur yang Berbeda. Istilah berbeda digunakan untuk individu dengan umur berbeda, dan istilah ini sering kali terkait-gender. Gunakan istilah yang digunakan individu untuk menggambarkan dirinya sendiri, terlepas apakah itu kategori gender biner – boy-girl atau man-woman – atau kategori deskriptif dan mungkin nonbiner seperti transgender, genderqueer, agender, atau gender-fluid.

·    Untuk individu dari segala usia, istilah yang sesuai adalah "person," "individual," dan seterusnya. Secara umum, hindari penggunaan kata "males" dan "females" sebagai kata benda; alih-alih gunakan "men" dan "women" atau kata-kata lain yang sesuai dengan usia. “Males” dan “females” sesuai jika kelompok menyertakan individu dengan rentang usia yang luas (misalnya, “males” untuk menggambarkan kelompok yang mencakup boys dan men).

·    Untuk individu yang berusia 12 tahun ke bawah, istilah yang sesuai adalah "infant" (untuk anak yang masih sangat kecil), child,” “girl,” “boy,” “transgender girl,” “transgender boy,” “gender-fluid child,” dan seterusnya.

·    Untuk individu yang berusia 13 hingga 17 tahun, istilah yang sesuai adalah “adolescent,” “young person,” “youth,” “young woman,” “young man,” “female adolescent,” “male adolescent,” “agender adolescent,” dan seterusnya.

·    Untuk individu yang berusia 18 tahun ke atas, istilah yang sesuai adalah “adult,” “woman,” “man,” “transgender man,” “trans man,” “transgender woman,” “trans woman,” “genderqueer adult,” “cisgender adult,” dan seterusnya.


Istilah untuk Orang Dewasa yang Lebih Tua. Older adults adalah subkelompok orang dewasa, dan kelompok usia orang dewasa yang lebih tua dapat dijelaskan dengan kata sifat. Pada rujukan pertama ke sebuah kelompok orang yang lebih tua, buatlah sespesifik mungkin dengan memasukkan rentang usia, usia rata-rata, dan usia median, bila memungkinkan. Istilah seperti “older persons,” “older people,” “older adults,” “older patients,” “older individuals,” “persons 65 years and older,” dan “the older population” lebih disukai. Hindari penggunaan istilah seperti "senior", “elderly,” “the aged,” “aging dependents,” dan istilah "lain" serupa karena mengandung stereotip dan menyiratkan bahwa anggota kelompok tersebut bukan bagian dari masyarakat melainkan sebuah kelompok.

·    Jangan gunakan istilah-istilah yang menstigmatisasi ini dalam penelitian Anda meskipun partisipan Anda menggunakannya untuk menyebut dirinya.

·    Hindari sikap negatif dan fatalistik terhadap penuaan, misalnya usia yang menjadi kendala untuk diatasi.

·    Gunakan "dementia" alih-alih "senile"; tentukan jenis demensianya bila diketahui (misalnya, dementia due to Alzheimer’s disease).

·    Pastikan bahasa Anda menunjukkan bahwa penuaan adalah bagian normal dari pengalaman manusia dan terpisah dari penyakit dan gangguan.

·    Ahli gerontologi mungkin menggunakan istilah kombinasi untuk kelompok usia yang lebih tua (mis., “young-old,” “old-old,” “oldest old”); berikan usia spesifik-kelompok ini saat mengintroduksikan mereka dalam makalah Anda, dan gunakan nama kelompok hanya sebagai kata sifat, bukan sebagai kata benda (“young-old individuals,” alih-alih “the young-old”).

·    Saat membandingkan orang dewasa yang lebih tua dengan orang dewasa dari kelompok usia lain, jelaskan kelompok usia lain tersebut secara spesifik (misalnya, young adults vs. older adults, middle-aged adults vs. older adults).

·     Anda dapat menggunakan deskriptor spesifik-dekade jika diinginkan (mis., Octogenarian [umur 80-90 tahun], centenarian [umur 100 tahun atau lebih]).

·     Deskriptor generasi seperti "baby boomer," "Gen X," "millennials," "centennials," "Gen Z,” dan seterusnya sebaiknya hanya digunakan saat mendiskusikan studi yang berkaitan dengan topik generasi.         


kembali ke atas



Disabilitas

Disabilitas adalah istilah luas yang didefinisikan secara hukum maupun ilmiah dan mencakup gangguan fisik, psikologis, intelektual, dan sosial-emosional (World Health Organization, 2001, 2011). Menggunakan pilihan bahasa penyandang disabilitas yang dibuat oleh kelompok penyandang disabilitas berarti menghormati preferensi mereka.

Prinsip umum penggunaan bahasa penyandang disabilitas adalah menjaga integritas (makna dan martabat) semua individu sebagai manusia. Bahasa harus dipilih dengan pemahaman bahwa preferensi yang diungkapkan penyandang disabilitas mengenai identifikasi lebih diutamakan daripada masalah style.


Bahasa Person-First. Dalam bahasa person-first, orangnya ditekankan, bukan kondisi disabilitas atau kondisi kronisnya (misalnya, gunakan “a person with paraplegia” dan “a youth with epilepsy” alih-alih “a paraplegic” atau “an epileptic”). Prinsip ini juga berlaku untuk kelompok orang-orang (misalnya, gunakan “people with substance use disorders” atau “people with intellectual disabilities” alih-alih “substance abusers” atau “the mentally retarded”).


Bahasa Identity-First. Dalam bahasa identity-first, disabilitas menjadi fokus, yang memungkinkan individu untuk mengklaim disabilitasnya dan memilih identitasnya daripada mengizinkan orang lain (misalnya, penulis, pendidik, peneliti) untuk menamainya atau memilih istilah dengan implikasi negatif. Bahasa identity-first sering digunakan sebagai ekspresi kebanggaan budaya dan reklamasi dari disabilitas yang pernah memberi mereka identitas negatif. Bahasa semacam ini memungkinkan konstruksi seperti “blind person,” “autistic person,” and “amputee,” sementara dalam bahasa person-first, konstruksinya masing-masing adalah “person who is blind,” “person with autism,” dan “person with an amputation.”


Memilih Antara Bahasa Person-First dan Identity-First. Pendekatan bahasa yang mengutamakan orang dan identitas dirancang untuk menghormati penyandang disabilitas; keduanya adalah pilihan yang secara keseluruhan haik. Mencampur kedua bahasa ini dapat membantu Anda menghindari pengulangan kata “person with. . . ” dan juga merupakan sarana untuk mengubah cara penulis dan pembaca memandang disabilitas dan orang-orang dalam komunitas disabilitas tertentu. Jika Anda bekerja dengan partisipan secara langsung, gunakan bahasa yang mereka gunakan untuk mendeskripsikan diri mereka sendiri.


Relevansi Menyebutkan Disabilitas. Sifat disabilitas harus ditunjukkan bila relevan. Misalnya, jika sampel menyertakan orang dengan cedera tulang belakang dan orang dengan autisme — dua kelompok penyandang disabilitas yang berbeda — maka masuk akal untuk menyebutkan adanya disabilitas tertentu. Dalam setiap kelompok, mungkin ada heterogenitas tambahan yang, dalam beberapa keadaan, harus diartikulasikan (misalnya, tingkat cedera tulang belakang yang berbeda, tingkat keparahan gejala gangguan spektrum autisme yang berbeda).


Terminologi Negatif dan Merendahkan

·    Hindari bahasa yang menggunakan metafor piktorial atau istilah negativistik yang menyiratkan pembatasan (misalnya, “wheelchair bound” atau “confined to a wheelchair”; alih-alih, gunakan istilah “wheelchair user”) dan yang menggunakan label berlebihan atau negatif (misalnya, “AIDS victim,” “brain damaged”; alih-alih gunakan istilah “person with AIDS” atau “person with a traumatic brain injury.”

·    Hindari istilah yang dapat dianggap sebagai hinaan (misalnya, “cripple,” “invalid,” “nuts,” “alcoholic,” “meth addict”); alih-alih gunakan istilah seperti “person with a physical disability,” “person with a mental illness,” “person with alcohol use disorder,” atau “person with substance use disorder”, atau lebih spesifik (misalnya, “person with schizophrenia”).

·    Label seperti “high functioning” atau “low functioning” bermasalah dan tidak efektif dalam menggambarkan nuansa pengalaman individu dengan disabilitas perkembangan dan/atau intelektual; alih-alih, sebutkan kekuatan dan kelemahan individu.

·    Seperti kelompok beragam lain, orang-dalam di budaya disabilitas mungkin menggunakan istilah negatif dan merendahkan satu sama lain; namun, tidak pantas bagi orang luar (orang yang tidak cacat) untuk menggunakan istilah ini.

·    Hindari eufemisme yang merendahkan saat menggambarkan penyandang disabilitas (misalnya “special needs,” “physically challenged,” “handi-capable”). Saat menulis tentang populasi atau partisipan penyandang disabilitas, tekankan kapabilitas dan kepedulian untuk menghindari mereduksinya menjadi a “bundle of deficiencies.”

·    Sebut individu penyandang disabilitas sebagai “patients” (atau “clients”) dalam konteks seting perawatan kesehatan.


kembali ke atas



Gender


Bahasa terkait identitas gender dan orientasi seksual telah berkembang pesat. Gunakan istilah yang digunakan orang untuk mendeskripsikan diri mereka sendiri.


Gender Versus Jenis Kelamin

·    Gender mengacu pada sikap, perasaan, dan perilaku yang diasosiasikan oleh budaya tertentu dengan jenis kelamin biologis seseorang. Gender adalah konstruksi sosial dan identitas sosial. Gunakan istilah "gender" saat menyebut orang sebagai kelompok sosial. Misalnya, saat melaporkan gender partisipan di bagian Metode, tulis sesuatu seperti ini: “Approximately 60% of participants identified as cisgender women, 35% as cisgender men, 3% as transgender women, 1% as transgender men, and 1% as nonbinary.”

·    Jenis kelamin (sex) mengacu pada penetapan jenis kelamin biologis; gunakan istilah “sex” ketika perbedaan biologis penetapan jenis kelamin (misalnya jenis kelamin yang ditetapkan saat lahir) dominan. Menggunakan “gender” alih-alih “sex” juga menghindari ambiguitas tentang apakah “sex” berarti “sexual behavior.”


Identitas Gender. Identitas gender adalah komponen gender yang menggambarkan perasaan psikologis seseorang tentang gendernya. Banyak orang mendeskripsikan identitas gender sebagai perasaan yang melekat dan mendalam sebagai a boy, a man, or male; a girl, a woman, atau female; atau gender nonbiner (misalnya, genderqueer, gendernonconforming, gender-neutral, agender, gender-fluid) yang mungkin bersesuaian atau tidak bersesuaian dengan jenis kelamin (sex) seseorang yang ditetapkan saat lahir, atau dengan gender yang diduga berdasarkan jenis kelamin yang ditetapkan, atau karakteristik jenis kelamin primer atau sekunder. Identitas gender berlaku untuk semua individu dan bukan hanya karakteristik transgender atau individu yang gender-nonconforming. Identitas gender berbeda dengan orientasi seksual sehingga keduanya tidak boleh digabungkan (misalnya, seorang pria transgender gay memiliki identitas gender maskulin dan orientasi seksual gay, perempuan cisgender straight memiliki identitas gender feminin dan orientasi seksual straight).


Pelaporan Gender. Penulis sangat dianjurkan untuk secara eksplisit menunjuk informasi tentang identitas gender partisipan dalam sampel mereka (misalnya, apakah partisipannya transgender, cisgender, atau identitas gender lainnya) alih-alih menggunakan identitas cisgender.

Cisgender mengacu pada individu yang jenis kelaminnya ditentukan ketika lahir sesuai dengan identitas gender mereka (APA, 2015a).

Cisgenderisme mengacu pada keyakinan bahwa menjadi cisgender adalah normatif, dengan asumsi bahwa individu adalah cisgender kecuali ditentukan lain (kedua istilah tersebut digunakan).

Genderisme mengacu pada keyakinan bahwa hanya ada dua jenis kelamin dan bahwa jenis kelamin secara otomatis terkait dengan jenis kelamin individu yang ditetapkan saat lahir.


Transgender dan Gender-Nonconforming. Transgender digunakan sebagai kata sifat untuk merujuk pada orang yang identitas, ekspresi, dan/atau peran gendernya tidak sesuai dengan apa yang secara budaya dikaitkan dengan jenis kelamin yang ditetapkan saat lahir. Beberapa transgender memiliki gender biner, seperti pria atau wanita, tetapi yang lain memiliki gender di luar biner ini, seperti gender-fluid atau nonbinary. Istilah selain "transgender" untuk menggambarkan jenis kelamin mereka, termasuk, di antaranya,  "gender-nonconforming", "genderqueer", "gendernonbinary", "gender-creative", "agender," atau "two-spirit." ("Two spirits" adalah istilah khusus untuk komunitas Pribumi dan Orang Amerika Asli.) Transprejudice and transnegativity merujuk pada sikap diskriminatif terhadap individu transgender.

Ada beraragm istilah identitas yang digunakan oleh transgender and gender-nonconforming (TGNC), dan “TGNC” adalah istilah umum yang disepakati bersama. Istilah ini umumnya digunakan dengan cara identity-first (misalnya, “transgender people,” “TGNC people"), meskipun ada beberapa variasi di lapangan. Pastikan untuk menggunakan label identitas yang sesuai dengan identitas orang yang Anda gambarkan, dan jelaskan bagaimana Anda menggunakan label identitas tersebut dalam tulisan Anda.


Penetapan Jenis Kelamin. Istilah “birth sex,” “natal sex,” “tranny,” dan “transvestite” dianggap merendahkan jadi seharusnya dihindari. Di samping itu, “birth sex” dan “natal sex” menyiratkan bahwa jenis kelamin bersifat tetap tanpa pengaruh sosial-budaya. Lebih sesuai untuk menggunakan istilah “assigned sex” atau “sex assigned at birth,” karena secara fungsional ini mendeskripsikan istilah penetapan jenis kelamin yang didasarkan pada pengamatan alat genital dan/atau penetapan kromosom dan struktur anatomi tubuh pada saat lahir, yang tentunya diinterpretasi dalam konteks sosial-budaya. Istilah “transsexual” dianggap usang, namun sebagian orang mengidentifikasi dirinya dengan itu; istilah ini seharusnya hanya digunakan untuk individu yang secara spesifik menyebut dirinya dengan itu.


Gender dan Penggunaan Kata Benda

·    Sebut semua orang, termasuk transgender, dengan nama yang mereka gunakan untuk menyebut diri mereka sendiri, yang mungkin berbeda dengan nama resmi mereka atau nama pada akta kelahiran mereka, dengan mengingat ketentuan untuk menghormati kerahasiaan.

·    Untuk mengurangi kemungkinan bias stereotip dan menghindari ambiguitas, gunakan specific nouns untuk mengidentifikasi orang atau kelompok orang (misalnya, women, men, transgender men, trans men, transgender women, trans women, cisgender women, cisgender men, gender-fluid people).

·    Gunakan "male" dan "female" sebagai kata sifat (misalnya, a male participant, a female experimenter) bila sesuai dan relevan. Gunakan "male" dan "female" sebagai kata benda hanya jika rentang usianya luas atau ambigu atau untuk mengidentifikasi penetapan jenis kelamin orang transgender saat lahir (misalnya, "person assigned female at birth” adalah benar, tetapi bukan " person assigned girl at birth ").

·    Untuk merujuk pada semua manusia, gunakan istilah seperti “individuals,” “people,” atau “persons” alih-alih “man” or “mankind” agar akurat dan inklusif.

·    Hindari akhiran yang mengandung gender dalam nama jabatan pekerjaan (misalnya, gunakan " police officer" alih-alih "policeman"), karena ini bisa ambigu dan mungkin menyiratkan secara keliru bahwa semua orang dalam kelompok itu mengidentifikasi diri sebagai salah satu gender. Sebaliknya, gunakan istilah nir-gender jika memungkinkan (misalnya, " homemaker", bukan " housewife").


Gender dan Penggunaan Kata Ganti Orang. Penggunaan pronoun (kata ganti orang) membutuhkan spesifisitas dan perhatian dari pihak penulis.

·    Jangan merujuk kata ganti yang digunakan orang transgender dan gender-nonconforming sebagai "preferred pronouns," karena ini menyiratkan pilihan tentang jenis kelamin seseorang. Alih-alih, gunakan  istilah “identified pronouns,” “self-identified pronouns,” atau “pronoun.”

·    Saat menulis tentang individu terkenal, gunakan kata ganti yang diidentifikasi oleh orang itu. Bberapa orang menggunakan "they" sebagai singular pronoun; beberapa orang lainnya menggunakan kata ganti alternatif seperti, antara lain, "ze," "xe," "hir," "per," "ve," "ey," dan "hen" (kata ganti netral gender Swedia). Beberapa individu mungkin bergantian antara "he" dan "she" atau antara "he and/or she" dan "they," sedangkan yang lain tidak menggunakan kata ganti sama sekali dan menggunakan nama mereka sebagai pengganti kata ganti.

·    Sebut individu transgender menggunakan bahasa yang sesuai dengan gender orang tersebut, terlepas dari jenis kelamin yang ditetapkan saat lahir — misalnya, gunakan kata ganti “he,” “him,” dan “his” untuk merujuk pada pria transgender yang mengindikasikan penggunaan kata ganti ini .

·    Saat merujuk pada individu yang identified pronounnya tidak diketahui atau ketika gender orang generik atau hipotetis tidak relevan dalam konteks, gunakan singular "they" untuk menghindari membuat asumsi tentang jenis kelamin individu. Gunakan bentuk "they", "them", "their", dan seterusnya.

·    Bias seksis dapat terjadi ketika kata ganti digunakan secara sembarangan, Hindari menggunakan kombinasi seperti he or she,” “she or he,” “he/she,” dan “(s)he” dan "(s)he" sebagai alternatif dari "they" tunggal karena konstruksi semacam itu menyiratkan eksklusivitas sifat gender biner dan mengecualikan individu yang tidak menggunakan kata ganti ini. Bentuk-bentuk ini juga dapat terlihat canggung dan mengganggu, terutama dengan pengulangan. Namun, kombinasi “he atau she” atau “she atau he” (tetapi bukan kombinasi dengan garis miring atau tanda kurung) dapat digunakan dengan hemat jika semua orang yang dirujuk oleh kata ganti tersebut menggunakan istilah ini.


Istilah yang Menyiratkan Biner. Hindari menyebut satu jenis kelamin atau gender sebagai “opposite sex” atau “opposite gender”; pemilihan kata yang tepat bisa berupa “another sex” atau “another gender.” Kata "berlawanan" menyiratkan perbedaan yang kuat antara dua jenis kelamin atau gender. Beberapa individu tidak mengidentifikasi dirinya dengan gender biner, dan frasa ini mengabaikan keberadaan individu yang memiliki gangguan atau perbedaan dalam perkembangan jenis kelamin atau mereka yang interseks. Untuk mendeskripsikan anggota suatu hubungan (misalnya, pasangan romantis, orang-orang dalam hubungan poliamori), gunakan frasa “mixed gender” atau “mixed sex” ketika pasangan itu memiliki gender atau jenis kelamin berbeda, alih-alih “opposite gender” atau “opposite sex”; dan gunakan frasa “same gender” atau “same sex”  ketika pasangan memiliki jenis kelamin atau gender yang sama.


kembali ke atas



Partisipasi dalam Penelitian

·    Saat menulis tentang orang-orang yang berpartisipasi dalam penelitian, istilah deskriptif seperti “college students,” “children,” atau “respondents” serta istilah yang lebih umum “participants” dan “subjects” dapat diterima.

·    Gunakan istilah "patient" untuk menggambarkan individu yang didiagnosis dengan penyakit, gangguan, atau masalah kesehatan mental, kesehatan perilaku, dan/atau medis, gangguan yang menerima layanan dari penyedia layanan kesehatan (misalnya, psikolog, dokter, perawat, atau penyedia lain ). Namun, dalam lingkungan akademis, bisnis, sekolah, atau lainnya, istilah "client" (atau beberapa istilah lain) mungkin lebih disukai daripada "patient.”

·    Penting juga untuk mengenali perbedaan antara suatu kasus gangguan atau penyakit dan seseorang yang terkena gangguan atau penyakit tersebut dan sedang menerima perawatan dari seorang profesional perawatan kesehatan. Sebagai contoh, kalimat “manic–depressive cases were treated” problematik; merevisi kalimat itu menjadi menjadi “the people with bipolar disorder were treated” membedakan antara orang dan gangguan tersebut. Demikian pula, dalam konteks medis, hindari istilah “patient management” dan “patient placement”; dalam banyak kasus, penanganan/pengobatannya dan bukan pasiennya yang dikelola.”

·    Istilah klinis yang luas seperti “borderline” (ambang) dan “at risk” (berisiko) harus dijelaskan dengan semestinya saat digunakan.

o   Dalam konteks neuropsikologi dan pengujian psikometri, ini dapat diklarifikasi untuk menentukan skor pada tes atau instrumen tertentu (misalnya, “standard scores between 70 and 80 are considered psychometrically borderline, or between the low average and mildly impaired ranges, indicating a risk for a diagnosis of X”)

o   Dalam konteks diagnostik, “the diagnosis was borderline” dapat diklarifikasi untuk menentukan diagnosis (misalnya, borderline personality disorder). Saat menggunakan istilah "at risk,” tentukan siapa yang berisiko dan sifat risikonya (misalnya, “adolescents who use substances are at risk for early school dropout”).

Di semua konteks, tulis tentang orang-orang yang berpartisipasi dalam studi Anda dengan cara yang mengakui kontribusi dan keterlibatan mereka. Struktur kalimat memainkan peran kunci dalam pengakuan ini, seperti halnya penggunaan bahasa profesional.

·     Gunakan kalimat aktif untuk mendeskripsikan tindakan Anda dan tindakan partisipan; kalimat pasif menunjukkan bahwa individu dikenai tindakan daripada menjadi pelaku (misalnya, “the subjects completed the trial” and “we collected data from the participants” lebih baik daripada “the trial was completed by the subjects” dan “the participants were run”).

·     Hindari istilah " failed" (gagal), karena dapat menyiratkan kekurangan pribadi alih-alih hasil penelitian; "did not complete” (tidak menyelesaikan) adalah pilihan yang lebih netral.

Pilihan ini akan membantu memastikan bahwa Anda menunjukkan penghormatan kepada orang-orang yang menjadi subjek tulisan Anda.


kembali ke atas



Identitasi Ras dan Etnis

·     Ras mengacu pada perbedaan fisik yang dianggap signifikan secara sosial oleh berbagai kelompok dan budaya. Misalnya, orang mungkin mengidentifikasi ras mereka sebagai Aboriginal, African American atau Black, Asian, European American atau White, Native American, Native Hawaiian or Pacific Islander, Māori, dll.

·     Etnis mengacu pada karakteristik budaya yang sama seperti bahasa, leluhur, praktik, dan kepercayaan. Misalnya, orang mungkin mengidentifikasi dirinya sebagai Latino atau etnis lain. Perjelas apakah Anda merujuk pada kelompok ras atau kelompok etnis.

Ras merupakan konstruksi sosial yang tidak universal, sehingga seseorang harus berhati-hati untuk tidak memaksakan label ras pada kelompok etnis. Gunakan label yang lebih spesifik yang mengidentifikasi negara atau wilayah asal mereka, seperti Japanese American atau Cuban American.


Ejaan dan Kapitalisasi Istilah Ras dan Etnis. Kelompok ras dan etnis harus disebutkan dengan proper noun dan dikapitalisasi. Kapitalisasi “Indigenous People” atau “Aboriginal People” ketike merujuk pada kelompok, namun gunakan huruf kecil untuk “people” ketika mendeskripsikan orang-orang Pribumi atau Aborigin (misalnya, “the authors were all Indigenous people but belonged to different nations”).

Jangan gunakan tanda hubung dalam nama dengan banyak kata, pun jika nama-nama itu berfungsi sebagai unit modifiers (misalnya, tulis “Asian American participants,” bukan “Asian-American participants”). Jika orang-orang merupakan anggota beberapa kelompok ras atau etnis, nama-nama kelompok spesifik tersebut harus dikapitalisasi, namun istilah “multiracial,” “biracial,” “multi-ethnic,” dan lain-lain menggunakan huruf kecil.


Istilah untuk Kelompok-kelompok Tertentu

Orang-orang yang Berasal dari Afrika. Saat menulis tentang orang keturunan Afrika, beberapa faktor menginformasikan istilah yang tepat untuk digunakan. Orang keturunan Afrika memiliki latar belakang budaya, sejarah keluarga, dan pengalaman keluarga yang sangat beragam. Beberapa berasal dari kepulauan Karibia, Amerika Latin, berbagai kawasan di Amerika Serikat, negara-negara di Afrika, atau di tempat lain. Beberapa orang Amerika keturunan Afrika lebih suka "Black", dan yang lain lebih suka "African American," kedua istilah tersebut dapat diterima. Namun, " African American" tidak boleh digunakan sebagai istilah umum untuk orang-orang keturunan Afrika di seluruh dunia karena mengaburkan etnis atau asal negara lain, seperti Nigeria, Kenya, Jamaika, atau Bahama; dalam kasus ini gunakan "Black". Istilah "Negro" dan "Afro-American" sudah usang; oleh karena itu, penggunaannya secara umum tidak tepat

Orang-orang Berasal dari Asia. Saat menulis tentang orang-orang keturunan Asia yang berasal dari Asia, istilah “Asian” memang tepat; untuk orang keturunan Asia dari Amerika Serikat atau Kanada, istilah yang sesuai adalah " Asian American” atau “Asian Canadian." Mengelompokkan "Asian" dan "Asian American" seolah-olah mereka sama bisa bermasalah. Penggunaan ini memperkuat gagasan bahwa orang Asian American adalah orang yang selamanya asing. "Asian" mengacu pada orang Asia di Asia, bukan di Amerika Serikat, dan tidak boleh digunakan untuk merujuk pada orang Asian American.

Istilah yang lebih tua "Oriental" terutama digunakan untuk merujuk pada objek budaya seperti karpet dan bersifat merendahkan bila digunakan untuk menyebut orang. Agar lebih spesifik, “yang berasal dari Asia” dapat dibagi secara regional, misalnya, Asia Selatan (termasuk sebagian besar India dan negara-negara seperti Afghanistan, Pakistan, Bangladesh, dan Nepal), Asia Tenggara (termasuk bagian timur India dan negara-negara seperti Vietnam, Kamboja, Thailand, Indonesia, dan Filipina), dan Asia Timur (termasuk negara-negara seperti China, Vietnam, Jepang, Korea Selatan dan Korea Utara, dan Taiwan). Istilah terkait (misalnya, East Asian) dapat digunakan; namun, rujuk ke negara atau wilayah asal secara spesifik jika memungkinkan

Orang-orang yang Berasal dari Eropa. Ketika menulis tentang orang-orang Amerika keturunan Eropa, istilah “White” dan “European American” dapat diterima. Sesuaikan istilah kedua ini dengan lokasi, misalnya, “European,” “European American,” dan “European Australian” untuk orang-orang keturunan Eropa yang tinggal, masing-masing, di Eropa, AS, dan Australia. Penggunaan istilah “Caucasian” sebagai alternatif untuk “White” atau “European” tidak dianjurkan karena bermula sebaga cara mengklasifikasikan orang Kulit Putih sebagai ras yang lebih baik dibanding ras lain. Lebih baik bersikap lebih spesifik-wilayah asal (misalnya, Southern European, Scandinavian) atau spesifik-negara asal (misalnya, Italian, Irish, Swedish, French, Polish), bila memungkinkan.

Masyarakat Pribumi di Seluruh Dunia. Saat menulis tentang Masyarakat Pribumi, gunakan nama yang mereka gunakan untuk menyebut dirinya sendiri. Secara umum, sebut kelompok Pribumi sebagai " people" atau "nation" alih-alih sebagai "tribe” (suku)"

·    Di Amerika Utara, istilah kolektif “Native American” dan “Native North American” dapat diterima (dan mungkin lebih disukai daripada sebutan “American Indian”). “Indian” biasanya merujuk pada orang-orang dari India. Sebutkan nation atau peoplenya bila memungkinkan (misalnya, Cherokee, Navajo, Sioux).

·    Orang Hawaii Asli mungkin mengidentifikasi diri sebagai “Native American,” “Hawaiian Native,” “Indigenous Peoples of the Hawaiian Islands,” dan/atau “Pacific Islander.”

·    Di Kanada, sebut Masyarakat Pribumi secara kolektif sebagai “Indigenous Peoples” atau “Aboriginal Peoples”; sebutkan nation atau peoplenya bila memungkinkan (misalnya, People of the First Nations of Canada, People of the First Nations, or First Nations People; Métis; Inuit).

·    Di Alaska, Masyarakat Pribumi mungkin mengidentifikasi dirinya sebagai as “Alaska Natives.” Masyarakat Pribumi di Alaska, Kanada, Siberia, dan Greenland mungkin mengidentifikasi dirinya sebagai bangsa spesifik (misalnya, Inuit, Iñupiat). Hindari istilah “Eskimo” karena dapat dianggap merendahkan.

·    Di Amerika Latin America dan Karibia, sebut Masyarakat Pribumi secara kolektif sebagai “Indigenous Peoples” dan dengan namanya jika memungkinkan (misalnya, Quechua, Aymara, Taíno, Nahuatl).

·    Di Australia, Masyarakat Pribumi mungkin mengidentifikasi dirinya sebagai “Aboriginal People” atau “Aboriginal Australians” dan “Torres Strait Islander People” atau “Torres Strait Island Australians.” Sebut kelompok tertentu ketika orang-orang menggunakan istilah tersebut untuk menyebut dirinya sendiri (misalnya, Anangu Pitjantjatjara, Arrernte).

·    Di Selandia Baru, Masyarakat Pribumi mungkin mengidentifikasi dirinya sebagai “Māori” atau “Māori people” (ejaan yang benar termasuk makron diakritik di atas huruf “a”).

Orang-orang yang Berasal dari Timur Tengah. Ketika menulis tentang orang-orang keturunan Middle Eastern and North African (MENA), sebutkan negara asalnya (misalnya, Iran, Iraq, Egypt, Lebanon, Israel) bila memungkinkan. Dalam beberapa kasus, orang keturunan MENA yang mengklaim keturunan Arab dan tinggal di AS mungkin disebut sebagai “Arab Americans.” Di semua kasus, sebaiknya izinkan individu-individu untuk mengidentifikasi dirinya sendiri.

Orang-orang Etnis Hispanik atau Latinx. Saat menulis tentang orang-orang yang diidentifikasi sebagai Hispanik, Latino (atau Latinx, dll.), Chicano, atau sebutan terkait lainnya, penulis harus berkonsultasi dengan partisipan mereka untuk menentukan pilihan yang sesuai. Perhatikan bahwa "Hispanic" belum tentu merupakan istilah yang mencakup semua, dan label "Hispanic" dan "Latino" memiliki konotasi yang berbeda. Istilah "Latino" (dan bentuk terkaitnya) mungkin lebih disukai oleh yang berasal dari Amerika Latin, termasuk Brasil. Beberapa menggunakan kata "Hispanic" untuk merujuk pada mereka yang berbicara bahasa Spanyol; namun, tidak setiap kelompok di Amerika Latin berbicara bahasa Spanyol (misalnya, di Brasil, bahasa resminya adalah bahasa Portugis). Kata "Latino" memiliki gender ("Latino" adalah maskulin dan "Latina" adalah feminin); penggunaan kata "Latin@" yang berarti Latino dan Latina sekarang diterima secara luas. "Latinx" juga dapat digunakan sebagai istilah non-biner atau netral-gender yang mencakup semua gender. Ada alasan kuat untuk menggunakan istilah "Latino,” "Latina," "Latino/a," "Latin@," dan/atau "Latinx", dan berbagai kelompok menganjurkan penggunaan berbagai bentuk.

Gunakan istilah yang digunakan partisipan atau populasi Anda; Jika Anda tidak bekerja secara langsung dengan populasi ini tetapi mereka adalah fokus penelitian Anda, mungkin ada gunanya menjelaskan mengapa Anda memilih istilah yang Anda gunakan atau memilih istilah yang lebih inklusif seperti "Latinx." Secara umum, penamaan negara atau wilayah asal lebih disukai (misalnya Bolivian, Salvadoran, atau Costa Rican lebih sepsifik daripada Latino, Latinx, Latin American, atau Hispanic).


Pembandingan Paralel Antar-Kelompok. Penyebutan nonparalel (misalnya, African Americans and Whites,” “Asian Americans and Black Americans”) harus dihindari karena salah satu kelompok grup dijelaskan berdasarkan warna kulit, sedangkan kelompok lainnya tidak. Alih-alih, gunakan “Blacks and Whites” or “African Americans and European Americans” untuk contoh pertama dan “Asian Americans and African Americans”untuk contoh kedua. Jangan gunakan frasa “White Americans and racial minorities”; keragaman yang kaya dalam ras minoritas dapat diminimalkan ketika dibandingkan dengan istilah “White Americans.”


Menghindari Esensialisme. Bahasa yang mementingkan atau menegaskan ras sangat tidak disarankan dan umumnya dianggap tidak pantas. Misalnya, frasa seperti “the Black race” dan “the White race” bersifat esensialis, menggambarkan kelompok manusia secara monolitik, dan sering kali melanggengkan stereotip.


Menulis tentang “Minoritas.” Untuk merujuk pada kelompok ras dan etnis non-kulit putih secara kolektif, gunakan istilah seperti “people of color” atau “underrepresented groups”  daripada "minorities." Penggunaan istilah "minority" dapat dipandang merendahkan karena biasanya disamakan dengan kurang dari, tertindas, atau kurang dibandingkan dengan mayoritas (yaitu, orang Kulit Putih). Kelompok minoritas adalah subkelompok penduduk dengan karakteristik etnis, ras, sosial, agama, atau lainnya yang berbeda dengan mayoritas penduduk, meskipun relevansi istilah ini berubah seiring perubahan demografi penduduk. Jika diperlukan pembedaan antara kelompok ras dominan dan kelompok ras non-dominan, gunakan modifier (misalnya, “ethnic,” “racial”) saat menggunakan kata "minority" (misalnya, ethnic minority, racial minority, racial-ethnic minority). Jika memungkinkan, gunakan nama spesifik-kelompok yang Anda maksud.

Jangan berasumsi bahwa anggota kelompok minoritas adalah orang yang underprivileged, yang berarti memiliki lebih sedikit uang, pendidikan, sumber daya, dan sebagainya dibanding orang lain dalam masyarakat dan dapat merujuk pada individu atau subkelompok dalam kelompok ras atau etnis apa pun. Alih-alih, gunakan Istilah seperti “economically marginalized” dan “economically exploited.” Jika memungkinkan, gunakan istilah yang lebih spesifik (misalnya, schools with majority Black populations that are underfunded) atau rujuk ke diskriminasi atau penindasan sistematis secara keseluruhan.


kembali ke atas



Orientasi Seksual

Orientasi seksual adalah bagian dari identitas individu yang mencakup “ketertarikan seksual dan emosional seseorang kepada orang lain dan perilaku dan/atau afiliasi sosial yang mungkin timbul dari ketertarikan ini.” Gunakan istilah "“sexual orientation” alih-alih “sexual preference,” “sexual identity,” atau “sexual orientation identity.” Semua orang memilih pasangannya tanpa memandang orientasi seksual mereka; Namun, orientasi itu sendiri bukanlah sebuah pilihan.

Orientasi seksual dapat dikonseptualisasikan pertama-tama oleh sejauh mana seseorang merasakan ketertarikan seksual dan emosional; beberapa istilah paralel adalah “sexual,” “demisexual” (atau “gray-asexual” atau “gray-A”), dan “asexual” (lihat The Asexual Visibility & Education Network, n.d.). Seseorang yang diidentifikasi sebagai seksual merasakan ketertarikan seksual dan emosional terhadap beberapa atau semua jenis orang, orang yang diidentifikasi sebagai demiseksual merasa tertarik secara seksual hanya dalam konteks hubungan emosional yang kuat dengan orang lain, dan orang yang diidentifikasi sebagai aseksual tidak mengalami ketertarikan seksual atau memiliki sedikit minat terhadap perilaku seksual.

Kedua, orientasi seksual dapat dikonseptualisasikan sebagai memiliki arah. Bagi orang-orang yang mengidentifikasi dirinya sebagai seksual atau demiseksual, ketertarikan mereka mungkin diarahkan kepada orang-orang dengan gender sama, gender berbeda, dan sebagainya. Artinya, orientasi seksual menunjukkan arah ketertarikan berdasarkan gender, pun jika arah tersebut sangat inklusif (misalnya, nonbiner). Dengan demikian, seseorang mungkin tertarik pada pria, wanita, kedua-duanya,  bukan kedua-duanya, maskulinitas, feminitas, dan/atau orang dengan identitas gender lain seperti genderqueer atau androgini, atau seseorang mungkin memiliki ketertarikan yang tidak didasarkan pada dentitas gender yang dipersepsi atau diketahui.

Istilah-istilah untuk Orientasi Seksual. Beberapa contoh orientasi seksual adalah lesbian, gay, heterosexual, straight, asexual, bisexual, queer, polysexual, dan pansexual (juga disebut multisexual dan omnisexual). Sebagai contoh, seseorang yang mengidentifikasi dirinya sebagai lesbian mungkin menggambarkan dirinya sebagai wanita (identitas gender) yang tertarik dengan wanita (orientasi seksual)—label orientasi seksual "lesbian" didasarkan pada identitas gender yang dipersepsi atau diketahui tentang orang lain. Namun, seseorang yang mengidentifikasi dirinya sebagai panseksual mungkin mendeskripsikan bahwa ketertarikannya kepada orang lain mencakup identitas gender tetapi tidak ditentukan atau digambarkan oleh identitas gender. 

Gunakan istilah payung “sexual and gender minorities” untuk merujuk pada kelompok minoritas multi-seksual dan/atau multi-gender, atau untuk menulis tentang “sexual orientation and gender diversity” (istilah-istilah ini digunakan oleh the Office on Sexual Orientation and Gender Diversity di APA dan the Sexual & Gender Minority Research Office di the National Institutes of Health). Singkatan seperti LGBTQ, LGBTQ+, LGBTQIA, dan LGBTQIA+ mungkin juga dapat digunakan untuk menyebut multi-kelompok. Bentuk “LGBT” dianggap usang, namun tidak ada konsensus tentang singkatan mana yang mencakup atau di luar LGBTQ yang akan digunakan. Jika Anda menggunakan singkatan LGBTQ (atau yang terkait), definisikan dan pastikan bahwa itu mewakili kelompok yang Anda tulis. Spesifiklah tentang kelompok yang Anda rujuk. Namun, jika ragu, gunakan salah satu istilah umum daripada singkatan yang berpotensi tidak akurat.

Saat menggunakan istilah spesifik untuk berbagai orientasi, definisikan jika ada ambiguitas. Misalnya, kata sifat "gay" dapat diartikan secara luas, mencakup semua jenis kelamin, atau lebih sempit, hanya mencakup laki-laki saja, jadi definisikan "gay" ketika Anda menggunakannya dalam makalah Anda, atau gunakan frasa "gay men" untuk memperjelas penggunaan. Menurut konvensi, istilah "lesbians" cocok digunakan secara bergantian dengan "lesbian women", tetapi "gay men" atau "gay people" lah yang seharusnya digunakan, bukan "gays."

Istilah yang Tidak Akurat atau Merendahkan. Hindari istilah “homosexual” dan “homosexuality.” Alih-alih, gunakan istilah identity-first yang spesifik untuk mendeskripsikan orientasi seksual seseorang (misalnya, bisexual people, queer people). Istilah "homoseksualitas" telah dan terus dikaitkan dengan stereotip negatif, patologi, dan reduksi identitas seseorang ke perilaku seksual mereka. Homoprejudice, biprejudice, homonegativity, dan sebagainya adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan sikap berprasangka dan diskriminatif terhadap lesbian, pria gay, individu biseksual, atau minoritas seksual lainnya. Heteroseksisme mengacu pada keyakinan bahwa heteroseksualitas adalah normatif dengan asumsi bahwa individu adalah heteroseksual kecuali ditentukan lain. Istilah "straight" dan "heteroseksual" dapat diterima untuk digunakan saat merujuk pada orang yang tertarik pada individu dari gender lain; istilah "straight" dapat membantu menjauhkan leksikon dari dikotomi heteroseksual dan homoseksual.


kembali ke atas



Status Sosial-Ekonomi

Status sosial ekonomi (SES) tidak hanya mencakup pendapatan tetapi juga pencapaian pendidikan, prestise pekerjaan, dan persepsi subjektif terhadap status sosial dan kelas sosial. SES mencakup atribut kualitas hidup dan peluang yang diberikan kepada orang-orang dalam masyarakat dan merupakan prediktor konsisten untuk beragam hasil psikologis. Jadi, SES harus dilaporkan sebagai bagian dari deskripsi partisipan di bagian Metode. Karena SES kompleks, SES tidak diindeks dengan cara yang sama di semua studi; Oleh karena itu, terminologi yang tepat dan menggambarkan secara tepat tingkat spesifisitas dan sensitivitas sangat penting untuk meminimalkan bias dalam bahasa di seputar SES

Melaporkan SES. Saat melaporkan SES, berikan informasi sedetil mungkin tentang pendapatan, pendidikan, dan pekerjaan atau keadaan pekerjaan. Sebagai contoh, saat merujuk pada "peserta berpenghasilan rendah" atau "peserta berpenghasilan tinggi," klasifikasikan apakah pendapatan yang dilaporkan memperhitungkan ukuran rumah tangga, atau memberikan informasi tentang hubungan antara pendapatan rumah tangga dan pedoman kemiskinan federal. Selain itu, SES dapat dijelaskan dengan memberikan informasi terkait kondisi kontekstual dan lingkungan tertentu seperti status tempat tinggal (misalnya, menyewa rumah, tinggal di rumah sendiri, tinggal di perumahan bersubsidi) dan karakteristik lingkungan tempat tinggal seperti median pendapatan rumah tangga, persentase pengangguran, atau proporsi siswa yang memenuhi syarat untuk mendapatkan makan siang gratis atau dengan potongan harga di sekolah setempat.

Istilah yang Merendahkan atau Stereotip. Hindari menggunakan istilah yang luas, merendahkan, dan menggeneralisasi untuk membahas SES. Ketika membahas orang-orang yang tidak memiliki tempat tinggal di malam hari yang tetap, teratur, atau memadai, gunakan bahasa khusus yang membahas kualitas atau kurangnya tempat tinggal atau lamanya waktu tanpa tempat tinggal, bukan apakah orang tersebut menganggap tempat tinggal mereka sebagai rumah. Artinya, gunakan bahasa seperti “people experiencing homelessness,” “people who are homeless,” “people in emergency shelter,” atau “people in transitional housing,” alih-alih menyebut mereka “the homeless.”

Penting untuk dicatat bahwa istilah SES seperti “low income” dan “poor”  secara historis berfungsi sebagai deskripsi implisit untuk orang-orang ras dan/atau etnis minoritas. Oleh karena itu, sangat penting bagi penulis untuk memasukkan deskriptor ras dan/atau etnis dalam kategori SES — misalnya, "“This sample includes low income and middle-income Puerto Rican fathers.” Bias implisit seputar status ekonomi dan pekerjaan dapat mengakibatkan bahasa berbasis-defisit yang menyalahkan individu atas pekerjaan, pendidikan, atau situasi ekonomi mereka daripada mengakui konteks sosial yang lebih luas yang memengaruhi keadaan individu. Bahasa berbasis-defisit juga lebih memfokuskan pada kekurangan orang daripada apa yang mereka miliki. Alih-alih melabeli orang sebagai “high school dropouts,” “being poorly educated,” or “having little education,” berikan keterangan yang lebih sensitif dan spesifik seperti “people who do not have a high school diploma or equivalent.” Atau, dengan mengadopsi perspektif berbasis-kekuatan, penulis dapat menulis tentang “people who have a grade school education.” Demikian pula, alih-alih menulis tentang “achievement gap,” tulislah tentang “opportunity gap” untuk menekankan bagaimana konteks di mana orang hidup memengaruhi hasil atau peluang mereka.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar