BAHASA BEBAS-BIAS |
1.
Pedoman Umum untuk Mengurangi Bias
> Deskripsikan dengan Cukup Spesifik
2. Mengurangi Bias Menurut
Topik
> Umur
> Partisipasi dalam Penelitian
PEDOMAN UMUM UNTUK MENGURANGI BIAS
Deskripsikan
dengan Cukup Spesifik
Presisi sangat penting dalam penulisan ilmiah. Bias, seperti halnya bahasa yang tidak akurat
atau tidak jelas, bisa menjadi bentuk ketidaktepatan. Misalnya, menggunakan
"man” untuk merujuk pada semua
manusia tidak seakurat atau seinklusif menggunakan istilah "individuals," "people," atau "persons."
Fokus pada Karakteristik
yang Relevan. Deskripsikan
hanya karakteristik yang relevan saja. Meskipun dapat dideskripsikan tanpa
bias, beberapa informasi tidak selalu perlu disertakan dalam laporan Anda..
Akui Perbedaan Relevan yang Ada. Bagian
dari penulisan bebas-bias bukan hanya mengakui bahwa perbedaan harus disebutkan
hanya jika relevan, tetapi juga mengakui perbedaan yang relevan jika memang
ada. Evaluasi arti kata “perbedaan” secara cermat dalam kaitannya dengan
populasi sasaran, bukan dengan kelompok dominan.
Cukup Spesifik. Setelah
Anda menentukan karakteristik yang akan dideskripsikan, pilih istilah yang
cukup spesifik, dan itu bergantung pada pertanyaan penelitian dan kondisi
pengetahuan saat ini di lapangan. Jika ragu, lebih
spesifik lebih baik daripada kurang spesifik, karena akan lebih mudah
untuk mengagregat data daripada memilahnya. Spesifisitas Anda akan meningkatkan
kemampuan pembaca untuk memahami generalisasi temuan Anda dan kemampuan
peneliti lain untuk menggunakan data Anda dalam metaanalisis atau replikasi.
Contoh Spesifisitas Menurut Topik
· Saat menulis tentang usia,
usia yang tepat atau rentang usia
(misalnya, 15–18 years old, 65 –80 years old) lebih spesifik daripada kategori
umum (misalnya, under 18 years old, over 65 years old). Sertakan juga informasi
tentang rata-rata dan median selain
rentang usia untuk meningkatkan spesifisitas pelaporan.
· Saat menulis tentang disabilitas, nama kondisi (misalnya, Alzheimer’s
disease) lebih spesifik daripada kategori kondisi (misalnya, types of dementia)
atau rujukan umum seperti " people with disabilities."
· Saat menulis tentang identitas gender, deskriptor dengan modifier (misalnya,
cisgender women, transgender women) lebih spesifik daripada deskriptor tanpa
pengubah (misalnya, women) atau istilah non-gender umum (misalnya, people,
individuals).
· Saat menulis tentang orang yang mengambil bagian dalam penelitian,
istilah yang menunjukkan konteks penelitian (misalnya patients, participants,
clients) lebih spesifik daripada istilah umum (misalnya, people, children,
women).
· Saat menulis tentang kelompok ras atau etnis, negara atau wilayah asal (mis., Chinese
Americans, Mexican Americans) lebih spesifik daripada asal umum (mis., Asian
Americans, Latin Americans).
· Saat menulis tentang orientasi seksual, nama-nama orientasi orang (misalnya,
lesbians, gay men, bisexual people, straight people) lebih spesifik daripada
label kelompok yang luas (mis., Gay).
· Saat menulis tentang status sosial ekonomi, kisaran pendapatan atau sebutan khusus (misalnya, below the federal poverty threshold for a family of four [di bawah ambang kemiskinan federal untuk keluarga beranggotakan empat orang]) lebih spesifik daripada label umum (misalnya, low income).
Sensitif
Terhadap Label
Hormati
bahasa yang digunakan orang untuk menggambarkan dirinya sendiri; artinya, sebutlah
orang-orang dengan sebutan yang mereka gunakan untuk dirinya sendiri. Namun, beberapa
orang mungkin menggunakan kata-kata yang bernada menghina atau menstigmatisasi
untuk menyebut diri mereka sendiri; peneliti harus sangat berhati-hati sebelum
menggunakan sebutan yang sama karena hal itu dapat menyebarkan stigma tersebut.
Akui Humanitas Orang. Pilih label secara sensitif, pastikan bahwa
individualitas dan humanitas orang dihormati.
· Hindari penggunaan kata sifat sebagai kata
benda untuk melabeli orang (misalnya, "gay", "the poor")
atau label yang menyamakan orang dengan kondisi mereka (misalnya,
"amnesia", “schizophrenics,” “the learning disabled,” “drug users”). Alih-alih,
gunakan bentuk kata sifat (misalnya, gay men, older adults) atau kata benda
dengan frasa deskriptif (misalnya, people living in poverty, people with learning
disabilities, people who use drugs).
· Gunakan label yang digunakan komunitas,
meskipun label tersebut adalah kata sifat. Secara khusus, penggunaan label terkait
disabilitas terus berkembang, dan orang mungkin tidak setuju dengan pendekatan
yang lebih disukai orang-orang.
· Saat menulis tentang disabilitas, bahasa person-first (misalnya, “a person with paraplegia” alih-alih "a
paraplegic"), bahasa identity-first (misalnya,
“an autistic person” alih-alih “a person with autism”), atau kedua-duanya,
mungkin dapat diterima tergantung kelompok yang Anda tulis.
Berikan Definisi dan Label Operasional
· Jika Anda memberikan definisi operasional
kelompok di awal makalah Anda (misalnya, “participants scoring a minimum of X
on the Y scale constituted the high verbal group, and those scoring below X
constituted the low verbal group”), praktik terbaik adalah untuk selanjutnya
mendeskripsikan peserta berdasarkan ukuran yang digunakan untuk
mengklasifikasikan mereka (misalnya, “the contrast for the high verbal group
was statistically significant”).
· Label yang merendahkan tidak boleh
digunakan dalam bentuk apa pun. Singkatan atau label serial untuk
kelompok biasanya mengorbankan kejelasan dan bisa bermasalah: "LDs"
atau "LD group" untuk mendeskripsikan orang dengan kesulitan belajar
tertentu bisa problematik; “HVAs” untuk “high verbal ability group” sulit
diuraikan. “Grup A” tidak bermasalah, tetapi juga tidak deskriptif. Alih-alih,
pastikan label operasional kelompok jelas dan sesuai (misalnya, “group with
dysgraphia”).
Hindari Hirarki yang Keliru
· Saat mengacu pada beberapa kelompok,
pertimbangkan dengan cermat urutan penyebutan mereka. Jangan menempatkan
kelompok dalam urutan dominasi sosial secara default; alih-alih, pertimbangkan
opsi seperti urutan abjad atau urutan ukuran sampel. Untuk memudahkan
pemahaman, buatlah daftar kelompok dalam urutan yang sama secara konsisten di
seluruh makalah.
· Bandingkan kelompok dengan hati-hati. Bias
terjadi ketika penulis menggunakan suatu kelompok. Misalnya, penggunaan kata "normal"
dapat mendorong pembaca untuk membuat perbandingan dengan "abnormal,"
sehingga menstigmatisasi individu dengan perbedaan
Umur
Usia harus dilaporkan sebagai bagian dari deskripsi partisipan
di bagian Metode. Spesifiklah dalam memberikan rentang usia, rerata, dan
median. Hindari definisi terbuka seperti "under 18 years” atau “over 65
years," kecuali merujuk pada, misalnya, kriteria kelayakan penelitian yang
luas.
Istilah untuk Kelompok-kelompok
Umur yang Berbeda. Istilah
berbeda digunakan untuk individu dengan umur berbeda, dan istilah ini sering
kali terkait-gender. Gunakan istilah yang digunakan individu untuk
menggambarkan dirinya sendiri, terlepas apakah itu kategori gender biner – boy-girl atau man-woman – atau kategori deskriptif dan mungkin nonbiner seperti transgender, genderqueer, agender, atau gender-fluid.
· Untuk individu dari segala usia, istilah yang
sesuai adalah "person," "individual," dan seterusnya.
Secara umum, hindari penggunaan kata "males" dan "females"
sebagai kata benda; alih-alih gunakan "men" dan "women"
atau kata-kata lain yang sesuai dengan usia. “Males” dan “females” sesuai jika
kelompok menyertakan individu dengan rentang usia yang luas (misalnya, “males”
untuk menggambarkan kelompok yang mencakup boys dan men).
· Untuk individu yang berusia 12 tahun ke
bawah, istilah yang sesuai adalah "infant" (untuk anak yang masih
sangat kecil), child,” “girl,” “boy,” “transgender girl,” “transgender boy,”
“gender-fluid child,” dan seterusnya.
· Untuk individu yang berusia 13 hingga 17
tahun, istilah yang sesuai adalah “adolescent,” “young person,” “youth,” “young
woman,” “young man,” “female adolescent,” “male adolescent,” “agender
adolescent,” dan seterusnya.
· Untuk individu yang berusia 18 tahun ke atas,
istilah yang sesuai adalah “adult,” “woman,” “man,” “transgender man,” “trans
man,” “transgender woman,” “trans woman,” “genderqueer adult,” “cisgender
adult,” dan seterusnya.
Istilah untuk Orang Dewasa yang Lebih Tua. Older adults adalah subkelompok orang dewasa, dan kelompok usia
orang dewasa yang lebih tua dapat dijelaskan dengan kata sifat. Pada rujukan
pertama ke sebuah kelompok orang yang lebih tua, buatlah sespesifik mungkin
dengan memasukkan rentang usia, usia rata-rata, dan usia median, bila
memungkinkan. Istilah seperti “older persons,” “older people,” “older adults,”
“older patients,” “older individuals,” “persons 65 years and older,” dan “the
older population” lebih disukai. Hindari penggunaan istilah seperti "senior",
“elderly,” “the aged,” “aging dependents,” dan istilah "lain" serupa
karena mengandung stereotip dan menyiratkan bahwa anggota kelompok tersebut
bukan bagian dari masyarakat melainkan sebuah kelompok.
· Jangan gunakan istilah-istilah yang menstigmatisasi
ini dalam penelitian Anda meskipun partisipan Anda menggunakannya untuk
menyebut dirinya.
· Hindari sikap negatif dan fatalistik terhadap
penuaan, misalnya usia yang menjadi kendala untuk diatasi.
· Gunakan "dementia" alih-alih
"senile"; tentukan jenis demensianya bila diketahui (misalnya,
dementia due to Alzheimer’s disease).
· Pastikan
bahasa Anda menunjukkan bahwa penuaan adalah bagian normal dari pengalaman
manusia dan terpisah dari penyakit dan gangguan.
· Ahli gerontologi mungkin menggunakan istilah
kombinasi untuk kelompok usia yang lebih tua (mis., “young-old,” “old-old,”
“oldest old”); berikan usia spesifik-kelompok ini saat mengintroduksikan mereka
dalam makalah Anda, dan gunakan nama kelompok hanya sebagai kata sifat, bukan
sebagai kata benda (“young-old individuals,” alih-alih “the young-old”).
· Saat membandingkan orang dewasa yang lebih
tua dengan orang dewasa dari kelompok usia lain, jelaskan kelompok usia lain
tersebut secara spesifik (misalnya, young adults vs. older adults, middle-aged
adults vs. older adults).
·
Anda dapat menggunakan deskriptor
spesifik-dekade jika diinginkan (mis., Octogenarian [umur 80-90 tahun],
centenarian [umur 100 tahun atau lebih]).
· Deskriptor generasi seperti "baby boomer," "Gen X," "millennials," "centennials," "Gen Z,” dan seterusnya sebaiknya hanya digunakan saat mendiskusikan studi yang berkaitan dengan topik generasi.
Disabilitas
Disabilitas adalah istilah luas yang
didefinisikan secara hukum maupun ilmiah dan mencakup
gangguan fisik, psikologis, intelektual, dan sosial-emosional (World
Health Organization, 2001, 2011). Menggunakan pilihan bahasa penyandang
disabilitas yang dibuat oleh kelompok penyandang disabilitas berarti menghormati
preferensi mereka.
Prinsip umum penggunaan bahasa penyandang disabilitas
adalah menjaga integritas (makna dan martabat) semua individu sebagai manusia. Bahasa
harus dipilih dengan pemahaman bahwa preferensi yang diungkapkan penyandang
disabilitas mengenai identifikasi lebih diutamakan daripada masalah style.
Bahasa Person-First. Dalam bahasa person-first, orangnya ditekankan, bukan kondisi disabilitas atau
kondisi kronisnya (misalnya, gunakan “a person with paraplegia” dan “a youth
with epilepsy” alih-alih “a paraplegic” atau “an epileptic”). Prinsip ini juga
berlaku untuk kelompok orang-orang (misalnya, gunakan “people with substance
use disorders” atau “people with intellectual disabilities” alih-alih
“substance abusers” atau “the mentally retarded”).
Bahasa Identity-First.
Dalam bahasa identity-first,
disabilitas menjadi fokus, yang memungkinkan individu untuk mengklaim
disabilitasnya dan memilih identitasnya daripada mengizinkan orang lain
(misalnya, penulis, pendidik, peneliti) untuk menamainya atau memilih istilah
dengan implikasi negatif. Bahasa identity-first
sering digunakan sebagai ekspresi kebanggaan budaya dan reklamasi dari
disabilitas yang pernah memberi mereka identitas negatif. Bahasa semacam ini
memungkinkan konstruksi seperti “blind person,” “autistic person,” and
“amputee,” sementara dalam bahasa person-first,
konstruksinya masing-masing adalah “person who is blind,” “person with autism,”
dan “person with an amputation.”
Memilih Antara Bahasa Person-First dan Identity-First.
Pendekatan bahasa yang mengutamakan orang dan identitas dirancang untuk
menghormati penyandang disabilitas; keduanya adalah pilihan yang secara
keseluruhan haik. Mencampur kedua bahasa ini dapat membantu Anda menghindari
pengulangan kata “person with. . . ” dan juga merupakan sarana untuk mengubah
cara penulis dan pembaca memandang disabilitas dan orang-orang dalam komunitas
disabilitas tertentu. Jika Anda bekerja dengan partisipan secara langsung,
gunakan bahasa yang mereka gunakan untuk mendeskripsikan diri mereka sendiri.
Relevansi Menyebutkan
Disabilitas.
Sifat disabilitas harus ditunjukkan bila relevan. Misalnya, jika sampel
menyertakan orang dengan cedera tulang belakang dan orang dengan autisme — dua
kelompok penyandang disabilitas yang berbeda — maka masuk akal untuk
menyebutkan adanya disabilitas tertentu. Dalam setiap kelompok, mungkin ada
heterogenitas tambahan yang, dalam beberapa keadaan, harus diartikulasikan
(misalnya, tingkat cedera tulang belakang yang berbeda, tingkat keparahan
gejala gangguan spektrum autisme yang berbeda).
Terminologi Negatif dan Merendahkan
· Hindari bahasa yang menggunakan metafor
piktorial atau istilah negativistik yang menyiratkan pembatasan (misalnya,
“wheelchair bound” atau “confined to a wheelchair”; alih-alih, gunakan istilah
“wheelchair user”) dan yang menggunakan label berlebihan atau negatif
(misalnya, “AIDS victim,” “brain damaged”; alih-alih gunakan istilah “person
with AIDS” atau “person with a traumatic brain injury.”
· Hindari istilah yang dapat dianggap sebagai
hinaan (misalnya, “cripple,” “invalid,” “nuts,” “alcoholic,” “meth addict”);
alih-alih gunakan istilah seperti “person with a physical disability,” “person
with a mental illness,” “person with alcohol use disorder,” atau “person with
substance use disorder”, atau lebih spesifik (misalnya, “person with
schizophrenia”).
· Label seperti “high functioning” atau “low
functioning” bermasalah dan tidak efektif dalam menggambarkan nuansa pengalaman
individu dengan disabilitas perkembangan dan/atau intelektual; alih-alih,
sebutkan kekuatan dan kelemahan individu.
· Seperti kelompok beragam lain, orang-dalam di
budaya disabilitas mungkin menggunakan istilah negatif dan merendahkan satu
sama lain; namun, tidak pantas bagi orang luar (orang yang tidak cacat) untuk
menggunakan istilah ini.
· Hindari eufemisme yang merendahkan saat
menggambarkan penyandang disabilitas (misalnya “special needs,” “physically
challenged,” “handi-capable”). Saat menulis tentang populasi atau partisipan
penyandang disabilitas, tekankan kapabilitas dan kepedulian untuk menghindari
mereduksinya menjadi a “bundle of deficiencies.”
· Sebut
individu penyandang disabilitas sebagai “patients” (atau “clients”) dalam
konteks seting perawatan kesehatan.
Gender
Bahasa
terkait identitas gender dan orientasi seksual telah berkembang pesat. Gunakan
istilah yang digunakan orang untuk mendeskripsikan diri mereka sendiri.
Gender Versus Jenis
Kelamin
· Gender mengacu
pada sikap, perasaan, dan perilaku yang diasosiasikan oleh budaya tertentu
dengan jenis kelamin biologis seseorang. Gender adalah
konstruksi sosial dan identitas sosial. Gunakan istilah
"gender" saat menyebut orang sebagai kelompok sosial. Misalnya, saat
melaporkan gender partisipan di bagian Metode, tulis sesuatu seperti ini:
“Approximately 60% of participants identified as cisgender women, 35% as
cisgender men, 3% as transgender women, 1% as transgender men, and 1% as
nonbinary.”
· Jenis kelamin (sex) mengacu pada penetapan jenis kelamin biologis; gunakan istilah “sex”
ketika perbedaan biologis penetapan jenis kelamin (misalnya jenis kelamin yang
ditetapkan saat lahir) dominan. Menggunakan “gender” alih-alih “sex” juga
menghindari ambiguitas tentang apakah “sex” berarti “sexual behavior.”
Identitas Gender. Identitas gender adalah
komponen gender yang menggambarkan perasaan
psikologis seseorang tentang gendernya. Banyak orang
mendeskripsikan identitas gender sebagai perasaan yang melekat dan mendalam
sebagai a boy, a man, or male; a girl, a
woman, atau female; atau gender nonbiner (misalnya, genderqueer, gendernonconforming,
gender-neutral, agender, gender-fluid) yang mungkin bersesuaian atau tidak
bersesuaian dengan jenis kelamin (sex)
seseorang yang ditetapkan saat lahir, atau dengan gender yang diduga
berdasarkan jenis kelamin yang ditetapkan, atau karakteristik jenis kelamin
primer atau sekunder. Identitas gender berlaku untuk semua individu dan bukan
hanya karakteristik transgender atau individu yang gender-nonconforming. Identitas
gender berbeda dengan orientasi seksual sehingga keduanya tidak
boleh digabungkan (misalnya, seorang pria transgender gay memiliki identitas
gender maskulin dan orientasi seksual gay, perempuan cisgender straight
memiliki identitas gender feminin dan orientasi seksual straight).
Pelaporan Gender. Penulis sangat
dianjurkan untuk secara eksplisit menunjuk informasi tentang identitas gender
partisipan dalam sampel mereka (misalnya, apakah partisipannya transgender,
cisgender, atau identitas gender lainnya) alih-alih menggunakan identitas
cisgender.
Cisgender mengacu pada individu yang jenis kelaminnya ditentukan
ketika lahir sesuai dengan identitas gender mereka (APA, 2015a).
Cisgenderisme mengacu pada keyakinan bahwa menjadi
cisgender adalah normatif, dengan asumsi bahwa individu adalah cisgender
kecuali ditentukan lain (kedua istilah tersebut digunakan).
Genderisme mengacu pada keyakinan bahwa hanya ada dua
jenis kelamin dan bahwa jenis kelamin secara otomatis terkait dengan jenis
kelamin individu yang ditetapkan saat lahir.
Transgender dan
Gender-Nonconforming. Transgender digunakan sebagai kata sifat untuk merujuk
pada orang yang identitas, ekspresi, dan/atau peran gendernya tidak sesuai
dengan apa yang secara budaya dikaitkan dengan jenis kelamin yang ditetapkan
saat lahir. Beberapa transgender memiliki gender biner, seperti pria atau
wanita, tetapi yang lain memiliki gender di luar biner ini, seperti gender-fluid atau nonbinary. Istilah
selain "transgender" untuk menggambarkan jenis kelamin mereka,
termasuk, di antaranya,
"gender-nonconforming", "genderqueer",
"gendernonbinary", "gender-creative", "agender,"
atau "two-spirit." ("Two spirits" adalah istilah khusus
untuk komunitas Pribumi dan Orang Amerika Asli.) Transprejudice and transnegativity merujuk pada sikap diskriminatif terhadap individu
transgender.
Ada
beraragm istilah identitas yang digunakan oleh transgender and gender-nonconforming (TGNC), dan “TGNC” adalah
istilah umum yang disepakati bersama. Istilah ini umumnya digunakan dengan cara
identity-first (misalnya,
“transgender people,” “TGNC people"), meskipun ada beberapa variasi di
lapangan. Pastikan untuk menggunakan label identitas yang sesuai dengan identitas
orang yang Anda gambarkan, dan jelaskan bagaimana Anda menggunakan label
identitas tersebut dalam tulisan Anda.
Penetapan Jenis Kelamin. Istilah “birth sex,” “natal
sex,” “tranny,” dan “transvestite” dianggap merendahkan jadi seharusnya
dihindari. Di samping itu, “birth sex” dan “natal sex” menyiratkan bahwa jenis
kelamin bersifat tetap tanpa pengaruh sosial-budaya. Lebih sesuai untuk
menggunakan istilah “assigned sex” atau “sex assigned at birth,” karena secara
fungsional ini mendeskripsikan istilah penetapan jenis kelamin yang didasarkan
pada pengamatan alat genital dan/atau penetapan kromosom dan struktur anatomi
tubuh pada saat lahir, yang tentunya diinterpretasi dalam konteks
sosial-budaya. Istilah “transsexual” dianggap usang, namun sebagian orang
mengidentifikasi dirinya dengan itu; istilah ini seharusnya hanya digunakan
untuk individu yang secara spesifik menyebut dirinya dengan itu.
Gender dan Penggunaan Kata Benda
· Sebut semua orang, termasuk transgender,
dengan nama yang mereka gunakan untuk menyebut diri mereka sendiri, yang
mungkin berbeda dengan nama resmi mereka atau nama pada akta kelahiran mereka,
dengan mengingat ketentuan untuk menghormati kerahasiaan.
· Untuk mengurangi kemungkinan bias stereotip
dan menghindari ambiguitas, gunakan specific nouns untuk
mengidentifikasi orang atau kelompok orang (misalnya, women, men, transgender
men, trans men, transgender women, trans women, cisgender women, cisgender men,
gender-fluid people).
· Gunakan "male" dan
"female" sebagai kata sifat (misalnya,
a male participant, a female experimenter) bila sesuai dan relevan. Gunakan
"male" dan "female" sebagai kata benda hanya jika rentang
usianya luas atau ambigu atau untuk mengidentifikasi penetapan jenis kelamin
orang transgender saat lahir (misalnya, "person assigned female at birth”
adalah benar, tetapi bukan " person assigned girl at birth ").
· Untuk merujuk pada semua manusia, gunakan
istilah seperti “individuals,” “people,” atau “persons” alih-alih “man” or
“mankind” agar akurat dan inklusif.
· Hindari akhiran yang mengandung gender dalam
nama jabatan pekerjaan (misalnya, gunakan " police officer" alih-alih
"policeman"), karena ini bisa ambigu dan mungkin menyiratkan secara
keliru bahwa semua orang dalam kelompok itu mengidentifikasi diri sebagai salah
satu gender. Sebaliknya, gunakan istilah nir-gender jika memungkinkan (misalnya,
" homemaker", bukan " housewife").
Gender dan Penggunaan Kata
Ganti Orang.
Penggunaan pronoun (kata ganti orang)
membutuhkan spesifisitas dan perhatian dari pihak penulis.
· Jangan merujuk kata ganti yang digunakan
orang transgender dan gender-nonconforming sebagai "preferred
pronouns," karena ini menyiratkan pilihan tentang jenis kelamin seseorang.
Alih-alih, gunakan istilah “identified
pronouns,” “self-identified pronouns,” atau “pronoun.”
· Saat menulis tentang individu terkenal, gunakan kata ganti yang diidentifikasi oleh orang itu. Bberapa orang menggunakan "they" sebagai singular
pronoun; beberapa orang lainnya menggunakan kata ganti alternatif seperti, antara lain,
"ze," "xe," "hir," "per,"
"ve," "ey," dan "hen" (kata ganti netral gender
Swedia). Beberapa individu mungkin bergantian antara "he" dan
"she" atau antara "he and/or she" dan "they,"
sedangkan yang lain tidak menggunakan kata ganti sama sekali dan menggunakan
nama mereka sebagai pengganti kata ganti.
· Sebut individu transgender menggunakan bahasa
yang sesuai dengan gender orang tersebut, terlepas dari jenis kelamin yang
ditetapkan saat lahir — misalnya, gunakan kata ganti “he,” “him,” dan “his”
untuk merujuk pada pria transgender yang mengindikasikan penggunaan kata ganti
ini .
· Saat merujuk pada individu yang identified pronounnya tidak diketahui
atau ketika gender orang generik atau hipotetis tidak relevan dalam konteks,
gunakan singular "they" untuk menghindari membuat
asumsi tentang jenis kelamin individu. Gunakan bentuk "they",
"them", "their", dan seterusnya.
· Bias
seksis dapat terjadi ketika kata ganti digunakan secara sembarangan, Hindari
menggunakan kombinasi seperti he or she,” “she or he,” “he/she,” dan “(s)he”
dan "(s)he" sebagai alternatif dari "they" tunggal karena
konstruksi semacam itu menyiratkan eksklusivitas sifat gender biner dan
mengecualikan individu yang tidak menggunakan kata ganti ini. Bentuk-bentuk ini
juga dapat terlihat canggung dan mengganggu, terutama dengan pengulangan.
Namun, kombinasi “he atau she” atau “she atau he” (tetapi bukan kombinasi
dengan garis miring atau tanda kurung) dapat digunakan dengan hemat jika semua
orang yang dirujuk oleh kata ganti tersebut menggunakan istilah ini.
Istilah yang Menyiratkan
Biner.
Hindari menyebut satu jenis kelamin atau gender sebagai “opposite sex” atau
“opposite gender”; pemilihan kata yang tepat bisa berupa “another sex” atau
“another gender.” Kata "berlawanan" menyiratkan perbedaan yang kuat
antara dua jenis kelamin atau gender. Beberapa individu tidak mengidentifikasi
dirinya dengan gender biner, dan frasa ini mengabaikan keberadaan individu yang
memiliki gangguan atau perbedaan dalam perkembangan jenis kelamin atau mereka
yang interseks. Untuk mendeskripsikan anggota suatu hubungan (misalnya, pasangan
romantis, orang-orang dalam hubungan poliamori), gunakan frasa “mixed gender”
atau “mixed sex” ketika pasangan itu memiliki gender atau jenis kelamin
berbeda, alih-alih “opposite gender” atau “opposite sex”; dan gunakan frasa
“same gender” atau “same sex” ketika
pasangan memiliki jenis kelamin atau gender yang sama.
Partisipasi dalam Penelitian
· Saat menulis tentang orang-orang yang
berpartisipasi dalam penelitian, istilah deskriptif seperti “college students,”
“children,” atau “respondents” serta istilah yang lebih umum “participants” dan
“subjects” dapat diterima.
· Gunakan istilah "patient" untuk
menggambarkan individu yang didiagnosis dengan penyakit, gangguan, atau masalah
kesehatan mental, kesehatan perilaku, dan/atau medis, gangguan yang menerima
layanan dari penyedia layanan kesehatan (misalnya, psikolog, dokter, perawat,
atau penyedia lain ). Namun, dalam lingkungan akademis, bisnis, sekolah, atau
lainnya, istilah "client" (atau beberapa istilah lain) mungkin lebih
disukai daripada "patient.”
· Penting juga untuk mengenali perbedaan antara
suatu kasus gangguan atau penyakit dan
seseorang yang terkena gangguan atau penyakit tersebut dan sedang menerima
perawatan dari seorang profesional perawatan kesehatan. Sebagai contoh, kalimat
“manic–depressive cases were treated” problematik; merevisi kalimat itu menjadi
menjadi “the people with bipolar disorder were treated” membedakan antara orang
dan gangguan tersebut. Demikian pula, dalam konteks medis, hindari istilah
“patient management” dan “patient placement”; dalam banyak kasus,
penanganan/pengobatannya dan bukan pasiennya yang dikelola.”
· Istilah klinis yang luas seperti “borderline”
(ambang) dan “at risk” (berisiko) harus dijelaskan dengan semestinya saat
digunakan.
o Dalam
konteks neuropsikologi dan pengujian psikometri, ini dapat diklarifikasi untuk
menentukan skor pada tes atau instrumen tertentu (misalnya, “standard scores
between 70 and 80 are considered psychometrically borderline, or between the
low average and mildly impaired ranges, indicating a risk for a diagnosis of
X”)
o Dalam
konteks diagnostik, “the diagnosis was borderline” dapat diklarifikasi untuk
menentukan diagnosis (misalnya, borderline personality disorder). Saat menggunakan istilah "at risk,” tentukan siapa
yang berisiko dan sifat risikonya (misalnya, “adolescents who use substances are at
risk for early school dropout”).
Di semua
konteks, tulis tentang orang-orang yang berpartisipasi dalam studi Anda dengan
cara yang mengakui kontribusi dan keterlibatan mereka. Struktur kalimat
memainkan peran kunci dalam pengakuan ini, seperti halnya penggunaan bahasa
profesional.
·
Gunakan kalimat aktif untuk
mendeskripsikan tindakan Anda dan tindakan partisipan; kalimat pasif
menunjukkan bahwa individu dikenai tindakan daripada menjadi pelaku (misalnya,
“the subjects completed the trial” and “we collected data from the
participants” lebih baik daripada “the trial was completed by the subjects” dan
“the participants were run”).
·
Hindari istilah "
failed" (gagal), karena dapat menyiratkan kekurangan pribadi
alih-alih hasil penelitian; "did not complete” (tidak menyelesaikan)
adalah pilihan yang lebih netral.
Pilihan
ini akan membantu memastikan bahwa Anda menunjukkan penghormatan kepada
orang-orang yang menjadi subjek tulisan Anda.
Identitasi Ras dan
Etnis
· Ras mengacu pada
perbedaan fisik yang dianggap signifikan secara sosial oleh berbagai kelompok
dan budaya. Misalnya, orang mungkin mengidentifikasi ras mereka sebagai
Aboriginal, African American atau Black, Asian, European American atau White,
Native American, Native Hawaiian or Pacific Islander, Māori, dll.
· Etnis mengacu pada karakteristik budaya yang sama
seperti bahasa, leluhur, praktik, dan kepercayaan. Misalnya, orang mungkin
mengidentifikasi dirinya sebagai Latino atau etnis lain. Perjelas apakah Anda
merujuk pada kelompok ras atau kelompok etnis.
Ras merupakan konstruksi sosial yang tidak universal,
sehingga seseorang harus berhati-hati untuk tidak memaksakan label ras pada
kelompok etnis. Gunakan label yang lebih spesifik yang mengidentifikasi negara
atau wilayah asal mereka, seperti Japanese American atau Cuban American.
Ejaan dan Kapitalisasi Istilah Ras dan
Etnis.
Kelompok
ras dan etnis harus disebutkan dengan proper noun dan dikapitalisasi. Kapitalisasi “Indigenous People” atau
“Aboriginal People” ketike merujuk pada kelompok, namun gunakan huruf kecil
untuk “people” ketika mendeskripsikan orang-orang Pribumi atau Aborigin
(misalnya, “the authors were all Indigenous people but belonged to different
nations”).
Jangan gunakan tanda hubung dalam
nama dengan banyak kata, pun jika nama-nama itu berfungsi sebagai unit modifiers (misalnya, tulis “Asian
American participants,” bukan “Asian-American participants”). Jika orang-orang
merupakan anggota beberapa kelompok ras atau etnis, nama-nama kelompok spesifik
tersebut harus dikapitalisasi, namun istilah “multiracial,” “biracial,”
“multi-ethnic,” dan lain-lain menggunakan huruf kecil.
Istilah untuk Kelompok-kelompok Tertentu
Orang-orang yang Berasal dari Afrika.
Saat menulis tentang orang keturunan Afrika, beberapa faktor menginformasikan
istilah yang tepat untuk digunakan. Orang keturunan Afrika memiliki latar
belakang budaya, sejarah keluarga, dan pengalaman keluarga yang sangat beragam.
Beberapa berasal dari kepulauan Karibia, Amerika Latin, berbagai kawasan di
Amerika Serikat, negara-negara di Afrika, atau di tempat lain. Beberapa orang
Amerika keturunan Afrika lebih suka "Black", dan yang lain lebih suka
"African American," kedua istilah tersebut dapat diterima. Namun,
" African American" tidak boleh digunakan sebagai istilah umum untuk
orang-orang keturunan Afrika di seluruh dunia karena mengaburkan etnis atau
asal negara lain, seperti Nigeria, Kenya, Jamaika, atau Bahama; dalam kasus ini
gunakan "Black". Istilah "Negro" dan "Afro-American"
sudah usang; oleh karena itu, penggunaannya secara umum tidak tepat
Orang-orang Berasal dari Asia.
Saat menulis tentang orang-orang keturunan Asia yang berasal dari Asia, istilah
“Asian” memang tepat; untuk orang keturunan Asia dari Amerika Serikat atau
Kanada, istilah yang sesuai adalah " Asian American” atau “Asian
Canadian." Mengelompokkan "Asian" dan "Asian American"
seolah-olah mereka sama bisa bermasalah. Penggunaan ini memperkuat gagasan
bahwa orang Asian American adalah orang yang selamanya asing. "Asian"
mengacu pada orang Asia di Asia, bukan di Amerika Serikat, dan tidak boleh
digunakan untuk merujuk pada orang Asian American.
Istilah yang lebih tua "Oriental" terutama
digunakan untuk merujuk pada objek budaya seperti karpet dan bersifat
merendahkan bila digunakan untuk menyebut orang. Agar lebih spesifik, “yang
berasal dari Asia” dapat dibagi secara regional, misalnya, Asia Selatan
(termasuk sebagian besar India dan negara-negara seperti Afghanistan, Pakistan,
Bangladesh, dan Nepal), Asia Tenggara (termasuk bagian timur India dan
negara-negara seperti Vietnam, Kamboja, Thailand, Indonesia, dan Filipina), dan
Asia Timur (termasuk negara-negara seperti China, Vietnam, Jepang, Korea
Selatan dan Korea Utara, dan Taiwan). Istilah terkait (misalnya, East Asian)
dapat digunakan; namun, rujuk ke negara atau wilayah asal secara spesifik jika
memungkinkan
Orang-orang yang Berasal dari Eropa. Ketika menulis tentang orang-orang Amerika keturunan
Eropa, istilah “White” dan “European American” dapat diterima. Sesuaikan
istilah kedua ini dengan lokasi, misalnya, “European,” “European American,” dan
“European Australian” untuk orang-orang keturunan Eropa yang tinggal,
masing-masing, di Eropa, AS, dan Australia. Penggunaan istilah “Caucasian”
sebagai alternatif untuk “White” atau “European” tidak dianjurkan karena
bermula sebaga cara mengklasifikasikan orang Kulit Putih sebagai ras yang lebih
baik dibanding ras lain. Lebih baik bersikap lebih spesifik-wilayah asal
(misalnya, Southern European, Scandinavian) atau spesifik-negara asal
(misalnya, Italian, Irish, Swedish, French, Polish), bila memungkinkan.
Masyarakat Pribumi di Seluruh Dunia.
Saat menulis tentang Masyarakat Pribumi, gunakan nama yang mereka gunakan untuk
menyebut dirinya sendiri. Secara umum, sebut kelompok Pribumi sebagai "
people" atau "nation" alih-alih sebagai "tribe” (suku)"
· Di Amerika Utara, istilah kolektif “Native
American” dan “Native North American” dapat diterima (dan mungkin lebih disukai
daripada sebutan “American Indian”). “Indian” biasanya merujuk pada orang-orang
dari India. Sebutkan nation atau peoplenya bila memungkinkan (misalnya,
Cherokee, Navajo, Sioux).
· Orang Hawaii Asli mungkin mengidentifikasi
diri sebagai “Native American,” “Hawaiian Native,” “Indigenous Peoples of the
Hawaiian Islands,” dan/atau “Pacific Islander.”
· Di Kanada, sebut Masyarakat Pribumi secara
kolektif sebagai “Indigenous Peoples” atau “Aboriginal Peoples”; sebutkan nation atau peoplenya bila memungkinkan (misalnya, People of the First Nations
of Canada, People of the First Nations, or First Nations People; Métis; Inuit).
· Di Alaska, Masyarakat Pribumi mungkin
mengidentifikasi dirinya sebagai as “Alaska Natives.” Masyarakat Pribumi di
Alaska, Kanada, Siberia, dan Greenland mungkin mengidentifikasi dirinya sebagai
bangsa spesifik (misalnya, Inuit, Iñupiat). Hindari istilah “Eskimo” karena
dapat dianggap merendahkan.
· Di Amerika Latin America dan Karibia, sebut
Masyarakat Pribumi secara kolektif sebagai “Indigenous Peoples” dan dengan
namanya jika memungkinkan (misalnya, Quechua, Aymara, Taíno, Nahuatl).
· Di Australia, Masyarakat Pribumi mungkin
mengidentifikasi dirinya sebagai “Aboriginal People” atau “Aboriginal
Australians” dan “Torres Strait Islander People” atau “Torres Strait Island
Australians.” Sebut kelompok tertentu ketika orang-orang menggunakan istilah
tersebut untuk menyebut dirinya sendiri (misalnya, Anangu Pitjantjatjara,
Arrernte).
· Di Selandia Baru, Masyarakat Pribumi mungkin
mengidentifikasi dirinya sebagai “Māori” atau “Māori people” (ejaan yang benar
termasuk makron diakritik di atas huruf “a”).
Orang-orang yang Berasal dari Timur Tengah.
Ketika menulis tentang orang-orang keturunan Middle Eastern and North African (MENA), sebutkan negara asalnya
(misalnya, Iran, Iraq, Egypt, Lebanon, Israel) bila memungkinkan. Dalam
beberapa kasus, orang keturunan MENA yang mengklaim keturunan Arab dan tinggal
di AS mungkin disebut sebagai “Arab Americans.” Di semua kasus, sebaiknya izinkan
individu-individu untuk mengidentifikasi dirinya sendiri.
Orang-orang Etnis Hispanik atau Latinx. Saat menulis tentang orang-orang yang
diidentifikasi sebagai Hispanik, Latino (atau Latinx, dll.), Chicano, atau
sebutan terkait lainnya, penulis harus berkonsultasi dengan partisipan mereka
untuk menentukan pilihan yang sesuai. Perhatikan bahwa "Hispanic"
belum tentu merupakan istilah yang mencakup semua, dan label
"Hispanic" dan "Latino" memiliki konotasi yang berbeda.
Istilah "Latino" (dan bentuk terkaitnya) mungkin lebih disukai oleh
yang berasal dari Amerika Latin, termasuk Brasil. Beberapa menggunakan kata
"Hispanic" untuk merujuk pada mereka yang berbicara bahasa Spanyol;
namun, tidak setiap kelompok di Amerika Latin berbicara bahasa Spanyol
(misalnya, di Brasil, bahasa resminya adalah bahasa Portugis). Kata
"Latino" memiliki gender ("Latino" adalah maskulin dan
"Latina" adalah feminin); penggunaan kata "Latin@" yang
berarti Latino dan Latina sekarang diterima secara luas. "Latinx"
juga dapat digunakan sebagai istilah non-biner atau netral-gender yang mencakup
semua gender. Ada alasan kuat untuk menggunakan istilah "Latino,”
"Latina," "Latino/a," "Latin@," dan/atau
"Latinx", dan berbagai kelompok menganjurkan penggunaan berbagai
bentuk.
Gunakan istilah yang digunakan partisipan atau populasi
Anda; Jika Anda tidak bekerja secara langsung dengan populasi ini tetapi mereka
adalah fokus penelitian Anda, mungkin ada gunanya menjelaskan mengapa Anda
memilih istilah yang Anda gunakan atau memilih istilah yang lebih inklusif seperti
"Latinx." Secara umum, penamaan negara atau wilayah asal lebih
disukai (misalnya Bolivian, Salvadoran, atau Costa Rican lebih sepsifik
daripada Latino, Latinx, Latin American, atau Hispanic).
Pembandingan Paralel Antar-Kelompok. Penyebutan nonparalel (misalnya,
African Americans and Whites,” “Asian Americans and Black Americans”) harus
dihindari karena salah satu kelompok grup dijelaskan berdasarkan warna kulit,
sedangkan kelompok lainnya tidak. Alih-alih, gunakan “Blacks and Whites” or
“African Americans and European Americans” untuk contoh pertama dan “Asian
Americans and African Americans”untuk contoh kedua. Jangan gunakan frasa “White
Americans and racial minorities”; keragaman yang kaya dalam ras minoritas dapat
diminimalkan ketika dibandingkan dengan istilah “White Americans.”
Menghindari Esensialisme.
Bahasa
yang mementingkan atau menegaskan ras sangat tidak disarankan dan umumnya
dianggap tidak pantas. Misalnya, frasa seperti “the Black race” dan “the White
race” bersifat esensialis, menggambarkan kelompok manusia secara monolitik, dan
sering kali melanggengkan stereotip.
Menulis tentang “Minoritas.” Untuk
merujuk pada kelompok ras dan etnis non-kulit putih secara kolektif, gunakan
istilah seperti “people of color” atau “underrepresented groups” daripada "minorities." Penggunaan istilah "minority" dapat dipandang merendahkan karena biasanya disamakan
dengan kurang dari, tertindas, atau kurang dibandingkan dengan mayoritas
(yaitu, orang Kulit Putih). Kelompok minoritas adalah subkelompok
penduduk dengan karakteristik etnis, ras, sosial, agama, atau lainnya yang
berbeda dengan mayoritas penduduk, meskipun relevansi istilah ini berubah
seiring perubahan demografi penduduk. Jika diperlukan pembedaan antara kelompok
ras dominan dan kelompok ras non-dominan, gunakan modifier (misalnya, “ethnic,” “racial”) saat menggunakan kata
"minority" (misalnya, ethnic minority, racial minority, racial-ethnic
minority). Jika memungkinkan, gunakan nama spesifik-kelompok yang Anda maksud.
Jangan berasumsi bahwa anggota kelompok minoritas adalah orang yang underprivileged, yang berarti memiliki lebih sedikit uang, pendidikan, sumber daya, dan sebagainya dibanding orang lain dalam masyarakat dan dapat merujuk pada individu atau subkelompok dalam kelompok ras atau etnis apa pun. Alih-alih, gunakan Istilah seperti “economically marginalized” dan “economically exploited.” Jika memungkinkan, gunakan istilah yang lebih spesifik (misalnya, schools with majority Black populations that are underfunded) atau rujuk ke diskriminasi atau penindasan sistematis secara keseluruhan.
Orientasi Seksual
Orientasi seksual adalah bagian dari identitas individu
yang mencakup “ketertarikan seksual dan emosional seseorang kepada orang lain
dan perilaku dan/atau afiliasi sosial yang mungkin timbul dari ketertarikan
ini.” Gunakan istilah "“sexual orientation” alih-alih “sexual preference,”
“sexual identity,” atau “sexual orientation identity.” Semua orang memilih
pasangannya tanpa memandang orientasi seksual mereka; Namun, orientasi itu
sendiri bukanlah sebuah pilihan.
Orientasi
seksual dapat dikonseptualisasikan pertama-tama oleh sejauh mana seseorang merasakan ketertarikan
seksual dan emosional; beberapa istilah paralel adalah “sexual,” “demisexual”
(atau “gray-asexual” atau “gray-A”), dan “asexual” (lihat The Asexual Visibility & Education Network, n.d.). Seseorang
yang diidentifikasi sebagai seksual merasakan
ketertarikan seksual dan emosional terhadap beberapa atau semua jenis orang,
orang yang diidentifikasi sebagai demiseksual merasa
tertarik secara seksual hanya dalam konteks hubungan emosional yang kuat dengan
orang lain, dan orang yang diidentifikasi sebagai aseksual tidak mengalami ketertarikan seksual atau
memiliki sedikit minat terhadap perilaku seksual.
Kedua,
orientasi seksual dapat dikonseptualisasikan sebagai memiliki arah. Bagi orang-orang yang mengidentifikasi
dirinya sebagai seksual atau demiseksual, ketertarikan mereka mungkin diarahkan
kepada orang-orang dengan gender sama, gender berbeda, dan sebagainya. Artinya,
orientasi seksual menunjukkan arah ketertarikan berdasarkan gender, pun jika
arah tersebut sangat inklusif (misalnya, nonbiner). Dengan demikian, seseorang
mungkin tertarik pada pria, wanita, kedua-duanya, bukan kedua-duanya, maskulinitas, feminitas,
dan/atau orang dengan identitas gender lain seperti genderqueer atau androgini,
atau seseorang mungkin memiliki ketertarikan yang tidak didasarkan pada
dentitas gender yang dipersepsi atau diketahui.
Istilah-istilah untuk
Orientasi Seksual. Beberapa contoh
orientasi seksual adalah lesbian, gay, heterosexual, straight, asexual,
bisexual, queer, polysexual, dan pansexual (juga disebut multisexual dan
omnisexual). Sebagai contoh, seseorang yang mengidentifikasi dirinya sebagai lesbian mungkin menggambarkan dirinya sebagai wanita
(identitas gender) yang tertarik dengan wanita (orientasi seksual)—label
orientasi seksual "lesbian" didasarkan pada identitas gender yang dipersepsi
atau diketahui tentang orang lain. Namun, seseorang yang mengidentifikasi
dirinya sebagai panseksual mungkin
mendeskripsikan bahwa ketertarikannya kepada orang lain mencakup identitas gender
tetapi tidak ditentukan atau digambarkan oleh identitas gender.
Gunakan
istilah payung “sexual and gender minorities” untuk merujuk pada kelompok minoritas
multi-seksual dan/atau multi-gender, atau untuk menulis tentang “sexual
orientation and gender diversity” (istilah-istilah ini digunakan oleh the
Office on Sexual Orientation and Gender Diversity di APA dan the Sexual &
Gender Minority Research Office di the National Institutes of Health).
Singkatan seperti LGBTQ, LGBTQ+, LGBTQIA, dan LGBTQIA+ mungkin juga dapat
digunakan untuk menyebut multi-kelompok. Bentuk “LGBT” dianggap usang, namun
tidak ada konsensus tentang singkatan mana yang mencakup atau di luar LGBTQ
yang akan digunakan. Jika Anda menggunakan singkatan LGBTQ (atau yang terkait),
definisikan dan pastikan bahwa itu mewakili kelompok yang Anda tulis.
Spesifiklah tentang kelompok yang Anda rujuk. Namun, jika ragu, gunakan salah
satu istilah umum daripada singkatan yang berpotensi tidak akurat.
Saat
menggunakan istilah spesifik untuk berbagai orientasi, definisikan jika ada
ambiguitas. Misalnya, kata sifat "gay" dapat diartikan secara luas,
mencakup semua jenis kelamin, atau lebih sempit, hanya mencakup laki-laki saja,
jadi definisikan "gay" ketika Anda menggunakannya dalam makalah Anda,
atau gunakan frasa "gay men" untuk memperjelas penggunaan. Menurut
konvensi, istilah "lesbians" cocok digunakan secara bergantian dengan
"lesbian women", tetapi "gay men" atau "gay people"
lah yang seharusnya digunakan, bukan "gays."
Istilah yang Tidak Akurat
atau Merendahkan. Hindari istilah “homosexual” dan
“homosexuality.” Alih-alih, gunakan istilah identity-first
yang spesifik untuk mendeskripsikan orientasi seksual seseorang (misalnya,
bisexual people, queer people). Istilah "homoseksualitas" telah dan
terus dikaitkan dengan stereotip negatif, patologi, dan reduksi identitas
seseorang ke perilaku seksual mereka. Homoprejudice,
biprejudice, homonegativity, dan sebagainya adalah istilah yang digunakan
untuk menunjukkan sikap berprasangka dan diskriminatif terhadap lesbian, pria gay,
individu biseksual, atau minoritas seksual lainnya. Heteroseksisme mengacu pada keyakinan bahwa
heteroseksualitas adalah normatif dengan asumsi bahwa individu adalah
heteroseksual kecuali ditentukan lain. Istilah "straight" dan
"heteroseksual" dapat diterima untuk digunakan saat merujuk pada
orang yang tertarik pada individu dari gender lain; istilah
"straight" dapat membantu menjauhkan leksikon dari dikotomi
heteroseksual dan homoseksual.
Status Sosial-Ekonomi
Status sosial ekonomi (SES) tidak hanya mencakup pendapatan tetapi juga
pencapaian pendidikan, prestise pekerjaan, dan persepsi subjektif terhadap
status sosial dan kelas sosial. SES mencakup atribut kualitas hidup dan peluang
yang diberikan kepada orang-orang dalam masyarakat dan merupakan prediktor
konsisten untuk beragam hasil psikologis. Jadi, SES harus dilaporkan sebagai
bagian dari deskripsi partisipan di bagian Metode. Karena SES kompleks, SES
tidak diindeks dengan cara yang sama di semua studi; Oleh karena itu,
terminologi yang tepat dan menggambarkan secara tepat tingkat spesifisitas dan
sensitivitas sangat penting untuk meminimalkan bias dalam bahasa di
seputar SES
Melaporkan SES. Saat melaporkan SES, berikan informasi sedetil mungkin tentang pendapatan, pendidikan, dan pekerjaan atau
keadaan pekerjaan. Sebagai contoh, saat merujuk pada "peserta
berpenghasilan rendah" atau "peserta berpenghasilan tinggi,"
klasifikasikan apakah pendapatan yang dilaporkan memperhitungkan ukuran rumah
tangga, atau memberikan informasi tentang hubungan antara pendapatan rumah
tangga dan pedoman kemiskinan federal. Selain itu, SES dapat dijelaskan dengan
memberikan informasi terkait kondisi kontekstual dan lingkungan
tertentu seperti status tempat tinggal (misalnya, menyewa rumah, tinggal di rumah
sendiri, tinggal di perumahan bersubsidi) dan karakteristik lingkungan tempat
tinggal seperti median pendapatan rumah tangga, persentase pengangguran, atau
proporsi siswa yang memenuhi syarat untuk mendapatkan makan siang gratis atau
dengan potongan harga di sekolah setempat.
Istilah yang Merendahkan
atau Stereotip.
Hindari menggunakan istilah yang luas, merendahkan, dan menggeneralisasi untuk
membahas SES. Ketika membahas orang-orang yang tidak memiliki tempat tinggal di malam hari
yang tetap, teratur, atau memadai, gunakan bahasa khusus yang membahas kualitas
atau kurangnya tempat tinggal atau lamanya waktu tanpa tempat tinggal, bukan
apakah orang tersebut menganggap tempat tinggal mereka sebagai rumah. Artinya,
gunakan bahasa seperti “people experiencing homelessness,” “people who are
homeless,” “people in emergency shelter,” atau “people in transitional
housing,” alih-alih menyebut mereka “the homeless.”
Penting
untuk dicatat bahwa istilah SES seperti “low income” dan “poor” secara historis berfungsi sebagai deskripsi
implisit untuk orang-orang ras dan/atau etnis minoritas. Oleh karena itu,
sangat penting bagi penulis untuk memasukkan deskriptor ras dan/atau etnis
dalam kategori SES — misalnya, "“This sample includes low income and
middle-income Puerto Rican fathers.” Bias implisit seputar status ekonomi dan
pekerjaan dapat mengakibatkan bahasa berbasis-defisit yang
menyalahkan individu atas pekerjaan, pendidikan, atau situasi ekonomi mereka daripada
mengakui konteks sosial yang lebih luas yang memengaruhi keadaan individu.
Bahasa berbasis-defisit juga lebih memfokuskan pada kekurangan orang daripada
apa yang mereka miliki. Alih-alih melabeli orang sebagai “high school
dropouts,” “being poorly educated,” or “having little education,” berikan
keterangan yang lebih sensitif dan spesifik seperti “people who do not have a
high school diploma or equivalent.” Atau, dengan mengadopsi perspektif
berbasis-kekuatan, penulis dapat menulis tentang “people who have a grade
school education.” Demikian pula, alih-alih menulis tentang “achievement gap,”
tulislah tentang “opportunity gap” untuk menekankan bagaimana konteks di mana
orang hidup memengaruhi hasil atau peluang mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar